08. Satu Semester

1.9K 282 53
                                    



Satu persatu Jennie simpan tangkai demi tangkai bunga keatas batu marmer hitam mengkilap yang bertuliskan sebuah nama disana, nisan mendiang Almarhum Ayahnya Chanyeol yang kini telah bersih sejak kedatangan Chanyeol dan Jennie ke pemakaman umum tersebut dua puluh menit yang lalu.

Sejak tadi Chanyeol menunduk, mengucap doa seadanya dalam hati dan Jennie mengaminkan disampingnya. Pemakaman begitu sepi dan suara-suara alam sekitar sana mulai terdengar menjelang maghrib.

"kangen papa ya?" tanya Jennie pelan, takut mengungkit kesedihan Chanyeol yang sepertinya akan kembali muncul.

Chanyeol tadi menangis dan Jennie tak berani menegur pacarnya itu.

Chanyeol tersenyum tipis, mengangguk sebagai jawaban.

"kita kayak yang mau nikah, minta restu gitu sambil nyekar. Ntar kamu anterin aku ke makam nya kakek yaa" pinta Jennie membuat Chanyeol lagi-lagi mengangguk dan tersenyum makin lebar.

"okay.."

"tau kamu mau ngajak nyekar, aku pake baju muslim"

Chanyeol melirik kearah Jennie, pakaian Jennie cukup tertutup meski tak mengenakan selendang penutup kepala.

"yang penting kamu mau, niatnya tulus kan anterin aku?"

"seenggaknya, biar sakral gitu" timpal Jennie malu, untung pemakaman tengah sepi pengunjung, jadi dia tidak perlu merasa canggung meski tak berkerudung.

Chanyeol menarik tangan Jennie, menggenggamnya erat dan sedikit meremasnya membuat Jennie mendongak terkejut, karena cowok itu tidak menanggapi ucapannya dan malah memberikan sentuhan verbal seperti sekarang.

"Kamu jangan marah ya..." gumam Chanyeol pelan, menggigit bibir menahan tangis.

"marah kenapa?" tanya Jennie tak mengerti, untuk apa Jennie marah pada Chanyeol yang sedang bersedih. Tentu Jennie siap berada disamping Chanyeol kapanpun, karena Chanyeol adalah pacarnya yang sangat Jennie sayang.

Chanyeol membawa tubuh Jennie ke dalam pelukannya, tidak—bahkan Chanyeol tidak memeluk, melainkan menempelkan tubuh tingginya pada tubuh Jennie lalu menyandarkan keningnya pada bahu Jennie yang seketika menerima dengan mudah begitu saja. Jennie tertegun, dan Chanyeol menangis lirih sambil bersandar padanya.

Chanyeol ingin menumpahkan semua kesedihannya sore itu sendirian, namun sekali saja ia ingin membaginya dengan Jennie, agar bisa lega, agar bisa sedikit pulih dan mendapatkan ketenangan. Meski Chanyeol tak bicara semuanya pada Jennie, Chanyeol berharap semua sakit dan rindunya dapat sedikit terobati dengan kehadiran gadis itu.

Jennie dengan ragu menyentuh punggung Chanyeol dan menepuknya pelan, ini pertama kalinya Chanyeol berada begitu dekat dan erat dengannya, membuat Jennie berdebar tak karuan. Tak pernah sebelumnya Chanyeol bersikap begini, Chanyeol memeluknya dan menangis mendekapnya, membuat Jennie senang bercampur sedih karena Chanyeol justru menangis.

"shh.. kan kita udah doa... semuanya pasti baik-baik aja." gumam Jennie menenangkan, barulah Chanyeol mendongak dan menghapus bulir airmatanya.

Terkadang Jennie bisa begitu dewasa dibandingkan dengan Chanyeol. chanyeol tersenyum dengan wajah sembab memerah, membuat Jennie merasa sedikit lucu dan menyerahkan dua lembar tissue untuk menghapus sisa airmata Chanyeol.

"maaf, udah ga sopan"

Chanyeol merasa bersalah karena sudah memeluk Jennie, untuk itulah dia minta maaf dan mengucapkan kalimat 'jangan marah' terlebih dahulu pada Jennie.

Pacar dari Kutub (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang