Selama Jennie mengenal cowok semenjak dirinya masuk kuliah, tak pernah dia menemukan cowok atau seseorang seperti Chanyeol. Chanyeol yang dewasa dan dingin, Chanyeol yang tidak banyak bicara tapi sering sekali membuat Jennie ngenes, atau Chanyeol yang kadang bikin jantung Jennie dag dig dug gak karuan meski dengan cara yang sangat sederhana.
Bukannya Jennie ingin membandingkan Chanyeol dengan oranglain atau menyanjung Chanyeol sedemikian rupa, tapi apa yang Jennie rasakan semua nya adalah fakta. Setelah putus, Jennie banyak merefleksikan diri, introspeksi, lebih dewasa dan tentunya memiliki sikap untuk terus beriringan dan peka terhadap orang lain. Jennie berhenti mencari perhatian, tak jarang Jennie juga bersikap biasa saja ketika tak menjadi prioritas utama. Intinya, Jennie berhenti menjadi gadis penuntut.
Chanyeol masih berdiri di depan Jennie, dengan wajah babak belur, tangan penuh dengan goresan dan luka, cowok itu meminta satu kesempatan dengan banyak harapan. Harapan untuk bisa bersandar pada Jennie, harapan untuk mendapatkan perhatian sekali lagi meski rasanya sulit, harapan untuk dirinya bisa memeluk Jennie dengan erat tanpa batas canggung. Jennie menangis dihadapan Chanyeol, wajahnya yang kusut setelah pulang kuliah menjadi sembab, persis ketika Jennie minta putus di malam kelam itu.
"aku engga pernah setuju saat kamu bilang kalau kita putus... maaf, aku egois." Sambung Chanyeol lagi, tentu diakhiri dengan permintaan maaf. Jennie menelan ludah kasar, tangisannya masih berupa isakan pelan, lututnya lemas karena tak duduk atau mempersilakan Chanyeol masuk.
"... ada masalah yang ga bisa aku ceritain sama kamu, Jennie..."
Mama yang sedang memasak di dapur tiba-tiba saja muncul diantara Jennie dan Chanyeol yang masih berada di ambang pintu, tapi ada yang berbeda, mama tampak panik dengan wajah pucat dan kedua mata berkaca-kaca, tangan mamah yang memegang handphone tampak gemetar.
"ma, ada apa?" Jennie dengan khawatir bertanya demikian pada Mama nya, sementara Chanyeol hanya bisa memperhatikan dengan serius karena ia berharap bisa membantu.
Jennie mengusap airmatanya dan menghadap Mama nya yang tak kunjung bicara "Nenek... nenek masuk IGD lagi, katanya... tadi jatuh di kamar mandi" ujar Mama putus-putus, membuat Jennie terkejut dan membulatkan kedua matanya kaget.
Nenek-nya Jennie yang tidak lain adalah Ibu dari Mama nya itu sudah sangat tua sekali, terlebih nenek mengidap diabetes dan stroke, beliau sudah komplikasi sejak menginjak usia 65 tahun, dan nenek juga tinggal di Jakarta bersama Tante Somin si anak bungsu.
"Terus gimana ma? Nenek baik-baik aja kan?"
Mama terlihat menangis dan masih panik, Jennie menggenggam tangan Mama erat.
Chanyeol meraih bahu Mama Jennie dengan lembut dan menepuknya pelan, "Tante sebaiknya tante tenang dulu, kamu juga Jen.. kasih tahu Papa kamu kalau nenek masuk IGD lagi. Pasti dokter udah kasih penanganan sama Nenek"
Jennie mengangguk atas syarat Chanyeol, dia mengambil alih HP ditangan Mama nya dan mencoba menghubungi Papa yang masih berada di kantor. Jennie dan Chanyeol bersama-sama mengajak Mama masuk kedalam rumah dan menenangkan Mama yang masih sangat syok karena kabar dari Jakarta.
.
.
.
Mama dan Papa sudah diperbolehkan menjenguk Nenek yang sudah bisa dikunjungi oleh tamu, nenek hanya mengalami sedikit luka di lutut dan lengan kirinya akibat terbentur lantai kamar mandi, sementara gula darahnya masih abnormal sehingga luka dipastikan akan sulit sembuh.
Sementara itu Jennie yang ikut bersama kedua orangtua nya kini duduk sendirian di kafetaria rumah sakit, membawa satu pak kapas kecil dan obat merah yang masih di segel. Chanyeol muncul setelah mencuci wajah, karena Mobil milik Papa Jennie sedang mogok maka Chanyeol dengan senang hati menawarkan diri untuk memberikan tumpangan menuju Jakarta untuk mengantarkan Jennie dan keluarga nya membesuk Nenek.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pacar dari Kutub (COMPLETE)
Fiksi RemajaChanyeol itu... gak bisa dijelasin. Sedangkan Jennie, selalu butuh banyak penjelasan. . . . REPUBLISH bahasa nonbaku update setiap sabtu-minggu.