Nobody's perfect, dan rasanya banyak sekali orang yang setuju dengan kalimat pendek tersebut, namun tak sedikit juga mereka yang tidak setuju dengan pernyataan sederhana mengandung banyak makna itu.
Seseorang perfeksionis nyata nya menjunjung kesempurnaan, sedangkan orang sederhana menetapkan jalur hidup pada keputusan Tuhan yang dinamakan takdir, tanpa menunggu dan menuntut kesempurnaan, mereka—orang-orang sederhana akan menjalankan apapun sesuai garis hidupnya.
Chanyeol duduk disebuah bangku panjang, di sebuah kota tua yang melambangkan kesempurnaan toleransi serta peradaban pendidikan yang paling maju di Indonesia. Cowok itu sudah seminggu tinggal di kota ini, mencari ketenangan setelah mendapatkan pekerjaan Cuma-Cuma dari salah satu rekan mendiang Ayahnya.
Disana, pepohonan asri meski cuaca tetap panas, minim kendaraan bermotor dan semua orang tampak ramah dengan kulit sawo matang mereka. Chanyeol melihat pada dua bangunan tempat peribadatan yang kontras, satu adalah mesjid dan satu lagi adalah sebuah gereja HKBP, dua-duanya beriringan meski penuh dengan perbedaan, karena hari jumat, Mesjid dan jalan disekitar dua bangunan itu sangat ramai, kaum lelaki dari umat muslim keluar dari sana setelah selesai melakukan shalat jumat termasuk Chanyeol, sedangkan dari gereja baik laki laki maupun wanita keluar dari bangunan cukup besar itu, mereka saling bertegur sapa, menyapa karena saudara. Hanya Chanyeol yang sendirian.
Kembali mengingat Jennie, Chanyeol mencoba melupakan gadis itu meski ia tahu butuh waktu yang lama. Patah hati selalu memberi nya banyak pelajaran, ingat ketika Ayah nya wafat dahulu, Chanyeol adalah satu-satu nya orang yang tidak bisa menerima hal tersebut. Dan kini realita kembali memukul nya untuk mundur, Jennie sudah menyerah untuk tidak bersama nya lagi.
Sebuah cincin melingkar di kelingking kanan Chanyeol, cincin emas dengan warna logam nya mulai pudar, cincin tua yang sempat begitu indah dan berarti bagi pemiliknya. Chanyeol menjatuhkan airmata, andai saja dia pandai bicara dan mencari-cari alasan layaknya lelaki kebanyakan, dia mungkin tidak akan kehilangan Jennie waktu itu. Andai saja dia pandai sedikit berbohong atau terlalu jujur pada Jennie, mungkin saat ini dia tidak akan lari sampai ke kota ini demi melupakan. Sekali lagi, tak ada manusia yang sempurna, sekalipun ada itu hanya satu, dan bukan Chanyeol.
Seorang perempuan cantik dengan kulit putih tampak kepanasan, injil di tangan nya dipeluk erat, dress soft cream menaungi tubuh mungilnya, wajahnya begitu cantik, sedikit campuran tiongkok namun senyum nya bak wanita eropa yang sedikit angkuh. Dia adalah Irene, yang langsung duduk di samping Chanyeol menampilkan senyum angkuh jual mahal, membuat Chanyeol mengangguk mempersilakan Irene duduk. Mereka belum berkenalan, namun tatapan mereka sempat bertemu.
"engga masuk ke dalam?" tanya Irene tiba-tiba, tentu pada Chanyeol.
"sudah.." jawab Chanyeol.
"orang baru ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pacar dari Kutub (COMPLETE)
Fiksi RemajaChanyeol itu... gak bisa dijelasin. Sedangkan Jennie, selalu butuh banyak penjelasan. . . . REPUBLISH bahasa nonbaku update setiap sabtu-minggu.