"lengan aku biru biru gini... tadi dipegangnya kekencengan sama si Sunny" keluh Jennie sembari memperlihatkan lengannya yang bengkak disertai warna kebiruan. Kulit Jennie yang putih bersih membuat gadis itu sangat sensitif dengan sentuhan terlalu keras pada tubuhnya, alhasil Jennie yang posisinya sebagai flyer di cheerleaders pun akan mengalami bengkak begini di lengan atau bahu dan kakinya setiap selesai latihan.
"makanya, kamu tuh sekolah sekolah aja. ga perlu ikutan ekskul yang main lempar lemparan badan gitu. Gimana kalo kamu jatoh terus kepala duluan yang nabrak lantai. Untung ga geger otak" beritahu Chanyeol sadis.
Jennie mengerucutkan bibirnya, "ih, pacarnya curhat kok malah diceramahi... obatin dong" kata Jennie bersikap manja dan manis. Jennie sama sekali tidak marah dengan ucapan jutek Chanyeol, memang ada benarnya sih.
"gimana obatinnya?" tanya Chanyeol sok perhatian.
"tiupin kek. Hehe"
Chanyeol menyebikan bibirnya pura-pura jengkel, cowok itu lalu menyalakan kipas kecil dan menyimpannya dihadapan Jennie, "nih, kalo aku tiupin anginnya kecil. Aku kasih kamu angin spesial, angin gede"
Bukannya senang Jennie tentu bete dan kesal dengan cowok super menyebalkan ini.
"makasih loh!" kata Jennie sarkas.
"kamu tunggu di mobil aja ya. Aku mau pergi dulu ke Super*indo, mau beli daging"
Setelah menonton film di sebuah pusat perbelanjaan, Chanyeol meminta Jennie untuk masuk ke dalam mobil terlebih dahulu karena Chanyeol perlu membeli kebutuhan dapur kafe yang dikelolanya.
Jennie juga mengatakan kalau dirinya sakit kepala sehabis latihan cheerleaders untuk terakhir kalinya sebelum tampil di salah satu acara besar di kota bandung. Mereka menonton salah satu film masa kecil Jennie yang tidak bisa dilewatkan, maka meskipun lelah Jennie tetap memaksa Chanyeol untuk menonton film itu tanpa banyak penolakan. Karena ingat badan dan lengan Jennie memar-memar, selain mampir ke tempat penjual daging Chanyeol juga mampir ke apotik yang ada di mall untuk membeli koyo dingin. Kira-kira hampir tiga puluh menit Chanyeol meninggalkan Jennie di dalam mobil seorang diri.
Saat kembali ke mobil untuk pulang, Chanyeol mendapati Jennie tengah tertidur lelap di kursinya, kepalanya yang terpasang earphone bersandar pada jendela dan tubuh nya terlihat benar-benar kelelahan setelah seharian penuh menjalankan aktivitas tanpa jeda.
Chanyeol menggeleng-gelengkan kepalanya melihat Jennie, "ck, kebiasaan kalo dengerin musik kenceng banget... Jen.. Jen!" Chanyeol membangunkan Jennie tapi gadis itu sama sekali tidak bergerak dalam tidurnya. Benar kata Mama dan Papa Jennie kalau Jennie tidur udah kayak mayat, ga akan dengar atau bergerak sama sekali biarpun ada gempa tinggi.
"Jen, aku beli koyo dingin nih buat lengan kamu" beritahu Chanyeol lagi tanpa menyerah. Tapi tetap sama, Jennie masih terlelap tanpa bergerak sama sekali.
Chanyeol menghela nafas kasar, lelaki itu membuka koyo dingin dan memasangkannya di lengan atas Jennie yang membengkak dan memar, satu koyo lagi Chanyeol pasang di lengan Jennie dengan susah payah karena berada disisi berlawanan.
Chanyeol hendak menstater mobilnya, tapi... dia melirik ke samping dimana Jennie masih tertidur tanpa terganggu, ada sedikit rasa penasaran pada diri Chanyeol kala melihat wajah kecil dengan bibir mengerucut itu ketika tidur. Jennie sangat cantik, mata kucingnya yang jenaka terpejam tenang dan tidak ada omelan atau celotehan dari bibirnya yang menggemaskan. Chanyeol beralih lagi pada Jennie, tubuh nya yang tinggi bisa dengan mudah menjangkau Jennie yang ada disisinya, lelaki itu kemudian meraih wajah Jennie dengan sebelah tangannya, dengan jantung yang berdebar kencang Chanyeol memejamkan matanya dan memberikan sebuah ciuman lembut diatas bibir Jennie yang tertutup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pacar dari Kutub (COMPLETE)
Ficção AdolescenteChanyeol itu... gak bisa dijelasin. Sedangkan Jennie, selalu butuh banyak penjelasan. . . . REPUBLISH bahasa nonbaku update setiap sabtu-minggu.