CHAPTER 9

493 55 5
                                    

"Terima Kasih untuk berada disisiku kali ini, setidaknya luka tak terlalu terasa"
- jeon jungkook

▪️▪️▪️

Jungkook mengaduh kesakitan saat ahjumma membantunya membersihkan luka diwajahnya. "Apeuda.. " lirih jungkook. (Sakit)

"Kenapa kau bisa begini tuan muda? "

"Karena aku tidak suka seseorang berkata buruk tentang eomma ku" ucap jungkook sejujur-jujurnya.

Suara pintu yang baru saja tertutup terhempas keras.

"YEOJA ITU PANTAS MENERIMANYA! "

Jungkook dan ahjumma langsung menoleh dibuatnya. Suara keras tn. Jeon mampu membuat atmosfer berubah menjadi panas. Jungkook tersenyum sekilas sebelum berbicara.

"Eoh kau pulang Appa? Bagaimana dengan tambang emas mu, apakah urusannya sudah selesai? "

"Berita tentang sekolah, aku juga sudah mendengarnya. Hmm.. Merangkul siswa yang kesepian dan kesulitan? Kebohongan macam apa itu?"

Jungkook tertawa pelan, " Sementara aku, kau buang ke rumah sakit untuk mendapatkan pengobatan jiwa? jadi siapa yang gila sekarang? "

"JEON JUNGKOOK! " bentak tn. Jeon.

"Wae?"

"Ck.Bukankah perusahan dan sekolah itu tambang emasmu? Hingga tak ada waktu untuk mu kembali kerumah dan sekali untuk melihat keadaanku?!" ucap jungkook mulai terpancing emosi.

Ahjumma langsung menggenggam tangan jungkook yang menggepal kuat. "Sudahlah nak" bisiknya.

"Dan aku bukan orang yang harus kau perlakukan seperti orang gila! Karena aku Normal sama seperti Anak lainnya" bentak jungkook balik.

Plak. Tamparan keras baru saja tn. Jeon lepaskan pada wajah jungkook.

Wajah jungkook yang baru saja diobati tadi kembali meninggalkan bekas dan bercak darah.

"KAU SAMA SAJA SEPERTI EOMMA MU ITU! KERAS KEPALA! " bentak tn. Jeon dengan napas yang tak teratur dibuatnya.

Jungkook menundukkan wajahnya, semua kesakitan itu terasa menjalar keseluruh tubuhnya.

Jungkook menarik napasnya berat. "Eomma, dia pantas bahagia sekarang. Jangan ganggu dia" ucap jungkook lalu pergi menuju kamarnya dengan membanting pintunya.

Jungkook melempar semua barang disekitar kamarnya. Mungkin hal itu bisa membantu mengurangi amarah yang sedang memuncak.

"Arrrgh" semua barang sudah berserakan dilantai. Suara benturan dan pecahan membuat ahjumma menggigit kukunya khawatir dan takut jika jungkook berbuat macam-macam.

Sementara tn. Jeon langsung menghampiri pintu kamar jungkook yang sudah terkunci dari dalam. Dalam lubuk hati tn. Jeon yang terdalam ia masihlah seorang Ayah yang khawatir pada anaknya.

"Kenapa aku yang terlahir diantara kalian?! Jika bukan karena Cinta!" Teriak jungkook dari dalam kamarnya.

Tn. Jeon menyayangi kalimat jungkook barusan. Salah jika jungkook berpikir ia dilahirkan tanpa Cinta dari keduanya. Namun, keegoisan keduanya akan Harta dan popularitas membuat mereka memilih berpisah dan membuat jungkook lah yang menderita.

"Jangan berkelahi disekolah lagi dan belajarlah layaknya seorang pelajar! " teriak tn. Jeon yang terdengar samar ditelinga jungook.

Jungkook menjatuhkan tubuhnya ke kasur empuk miliknya. Langit malam terasa begitu Indah namun tidak jika masih berada dalam rumah ini pikir jungkook. Walaupun luas rumahnya dua kali lipat dibandingkan luas lapangan bola tetap akan terasa sempit dan suram. Tidak ada hal yang benar-benar membuatnya betah dirumah, hanya ahjumma lah yang membuatnya mampu memaksakan diri untuk tetap dirumah sekedar untuk bermain game dan makan. Setidaknya untuk bertahan hidup.

Who Are You, The Twins Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang