012. Kegagalan itu datang kembali

144 26 5
                                    

"Maaf, hari ini aku batal ikut acara kantor malam ini," ucap Angga siang itu, saat dia menolak ajakan makan siang dari Aruna yang juga menanyakan keikutsertaannya di acara kantor nanti.

"Lagi-lagi ia berubah sikap," Aruna membatin, tanpa memperhatikan lagi tatapan Angga kepadanya, Aruna membalikkan badan dan berusaha dengan santai pergi ke toilet.

Gadis itu kemudian menatap bayangannya melalui cermin di toilet perempuan. Menatapnya dengan penuh kasihan. "Kasihan kamu, sepertinya kamu kembali gagal."

Aruna tidak mengerti, apakah memang sikapnya pada orang tua Angga kemarin membuat lelaki itu menyerah dan enggan pergi bersama Aruna. Atau, memang dia sibuk dan tak bisa menyediakan waktu.

Akan tetapi, kenapa kemarin Angga ingin mengajaknya? Kenapa keputusannya berubah dalam semalam, apakah Aruna kembali berbuat salah? Atau karena ia mengiyakan ajakan pergi dari Fajar dan Angga melihatnya? Tidak, terlalu seperti drama FTV jika seperti itu.

Aruna kemudian membasuh kedua tangannya dan memperhatikan air yang membasahi kedua tangan mungilnya itu. Menghela napas, tak mengerti jalan pikiran lelaki.

"Hai, Kak," sapa seorang wanita yang baru masuk ke toilet, Freya, dengan dress tanpa lengan warna biru yang panjangnya selutut, Aruna terus terpesona dengan kecantikannya.

"Hai," balas Aruna dengan cengiran seolah tak memilik masalah apa pun.

"Makan siang di mana?" tanyanya.

"Hm, kantin mungkin."

"Mau makan siang bersamaku?" Ajakan Freya membuat Aruna menoleh. Mereka tidak sedekat itu untuk makan siang bersama dan memang mereka belum pernah melakukannya.

"Tentu, mau di mana?" Aruna bertanya kembali, muncul firasat tak enak di hatinya, tetapi tak ditunjukkan.

"Aku lagi ingin pasta di kantin gedung sebelah. Gimana, Kak?"

"Sure. Aku ambil dompet dulu, kita ketemu di lobi." Aruna meninggalkan Freya yang agak muram itu dan mengambil dompetnya di meja.

"Makan di mana?" tanya Reza yang melihat Aruna melalui mejanya untuk mengambil dompet. Lelaki itu sedang melahap berbagai camilan yang dibeli oleh Resha yang terlihat sedang marah-marah sambil menelepon.

"Kantin gedung sebelah." Aruna menghentikan langkahnya sebentar untuk memperhatikan sahabatnya yang sebentar lagi akan berubah menjadi "super saiyan" karena amarahnya meluap-luap.

"Kenapa dia?" tanyanya pada Reza.

"Biasalah, calon manten suka berantem menjelang kehalalan. Elu makan sama Angga?"

"Enggak, sama Freya." Saat Aruna menjawab seperti itu, Reza berhenti mengunyah.

"Sejak kapan elu temenan sama dia?" Reza membelalakkan mata.

"Sejak dia masuk ke kantor ini, dia sudah jadi teman kita semua," Aruna menjawab asal.

"Elu mau ke mana dan makan sama siapa?" tiba-tiba Resha sudah ikut dalam perbincangan mereka. Aruna menghela napas, paham betul sahabatnya ingin menceramahinya.

"Freya," ucap Aruna pelan, tak ingin mengelak dari sahabatnya itu.

"Ngapain?" tanyanya curiga sambil melipat kedua tangannya, serius.

"Entah," jawab Aruna singkat.

"Run ...." Resha seakan tahu apa yang akan terjadi. "Gue memang dukung elu sama Angga, seratus persen karena tahu dia juga suka. Akan tetapi, gue enggak mau elu kembali merasa rendah diri hanya karena dia dan Freya. Apa pun yang diomongin sama Freya nanti, Anggap angin lalu."

ARUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang