017. Awal Mula

273 22 15
                                    

"Katakan padanya untuk kemari," ujar Aruna pada Bimo 3 jam kemudian di depan gudang, dirinya seperti habis terdorong jatuh dari gedung yang tinggi.

"Aku benar-benar sangat ingin bertemu dengannya."

Bimo terdiam sejenak, menatap Aruna dengan sedih, lalu menghelakan napas.

"Aku tidak yakin apakah ia mau datang," jawab Bimo.

"Tentu, tentu. Katakan padanya, aku tak akan pulang sampai dia datang. Berapa menit, jam, hari, minggu, walau terdengar gila, aku akan tetap di sini. Katakan padanya bahwa kali ini, aku tak akan menyerah." Aruna kemudian memilih duduk di lantai depan gudang itu, memeluk lututnya, dan menenggelamkan wajahnya dengan kedua tangannya.

Perlahan, Bimo pergi meninggalkannya untuk menghubungi Fajar.

Aruna tertidur menunggu kedatangan lelaki yang bersikeras untuk tak menemuinya itu. Namun lelaki itu kalah, dirinya datang saat larut dan menatap sedih sang Gadis, lalu membuka jaket yang dipakainya dan menggunakannya untuk menyelimut Aruna. Fajar membangunkan Aruna dengan pelan, takut nanti ia sakit karena kedinginan.

Aruna menyadari kalau Fajar membangunkannya dengan lembut, Aruna membuka matanya perlahan lalu memberi senyum pada lelaki itu.

"Apa yang sedang kamu lakukan?" tanya Fajar, berlutut di depan Aruna.

Aruna membutuhkan waktu untuk mengumpulkan kesadarannya kembali, lalu menatap Fajar dan berkata, "Menunggumu."

"Kenapa kamu menungguku?" tanya Fajar sedih.

"Karena aku ingin bercerita kepadamu," jawab Aruna, memberi cengiran walau dia merasa kedinginan.

"Kamu mau, kan, mendengar ceritaku?" tanya Aruna.

"Tentang apa?" tanya Fajar, tak ingin menyakiti Aruna.

"Hmm ...." Aruna pun mengulet, bersiap untuk bercerita.

"Duduklah, mungkin cerita ini akan membuatmu kelelahan," ujar Aruna lagi, Fajar menuruti. Keduanya duduk berhadapan sekarang.

"Ada seorang gadis," Aruna memulai ceritanya, "dia memiliki sebuah mimpi yang sangat aneh, mimpi itu dialaminya selama bertahun-tahun. Kamu tahu apa yang ada dimimpinya?" tanya Aruna, Fajar menggeleng, belum paham ke mana arah cerita ini.

"Ada seorang lelaki yang selalu masuk ke mimpinya, mimpi yang hampir sama persis di setiap malam, mimpi kalau lelaki itu merupakan kekasih si Gadis. Si Gadis kebingungan, kenapa lelaki itu terus muncul di mimpinya, kenapa? Apa yang sebenarnya ada di dalam diri lelaki itu? Lalu sang Gadis menemui sang Peramal, sang Peramal berkata kalau lelaki itu pemuja rahasia sang Gadis. Si Gadis senang bukan main, langsung pergi mencari sang Lelaki. Tapi sangat disayangkan, si Lelaki tak mau bertemu dengan si Gadis."

"Sang Peramal sebelumnya juga berkata bahwa si Lelaki tak ditakdirkan untuknya. Si Gadis kembali bersedih, tapi ia tetap mencari-cari si Lelaki yang tak juga dapat ditemukannya."

"Pada akhirnya, si Gadis menemukan tempat persembunyian sang Lelaki. Ternyata dia bukan pemuja rahasia, tapi seorang penguntit. Dia menyimpan ratusan foto si Gadis di dinding kamarnya, dia juga menulis puluhan puisi dan surat untuk gadis itu, tapi dia pengecut, tak pernah satu pun tulisan itu disampaikan pada si Gadis."

"Sekarang si Gadis menemukan si Lelaki dan dia mau bertanya, kenapa kamu bersembunyi, kenapa kamu hilang setelah tiba-tiba datang?" Aruna menyelesaikan cerita itu dan bertanya pada Fajar yang menundukkan kepalanya karena ketahuan oleh Aruna.

Fajar tak mampu menjawab, jadi Aruna kembali bertanya, "Karena aku indah sedangkan kamu kelam? Atau karena aku terang sedangkan kamu gelap?"

Fajar kembali menatapnya, paham kalau Aruna sudah membaca semua tulisannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 08, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ARUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang