Tiga bulan kemudian ...
Aruna, gadis yang tengah patah hati itu sedang berusaha membangkitkan dirinya sendiri. Ia bekerja tanpa henti dan membiarkan pikirannya dengan segala target dan deadline yang harus ia gapai. Ia bersikeras, tak ada yang boleh membuatnya menangis lagi.
Ia adalah gadis yang kuat, tangguh, dan tidak rapuh. Ia adalah gadis pintar dan selalu diandalkan semua orang. Ia adalah orang yang akan selalu bangkit walau yang lain meninggalkannya perlahan.
"OCD?" tanya Anna pada Aruna, keduanya sedang berbelanja di suatu supermarket. Anna melihat keranjang dorong yang dibawa Aruna penuh dengan berbagai macam barang yang sudah ditata sedemikian rupa, berdasarkan jenis dan ukuran.
"Enggak juga sih, cuma lebih suka lihatnya begini, jadi pas taruh di kasir juga rapi dan berurutan di struknya."
"Iya, OCD itu." Anna menggelengkan kepalanya, tidak paham mengapa memiliki teman seperti itu.
"Belanjaan kamu cuma segitu?" tanya Aruna sambil mengernyitkan dahi, heran dengan perbandingan barang belanjaan antara mereka berdua.
"Sudah belanja minggu lalu, ini beli kekurangannya saja," jawab Anna kalem. Dirinya dan Aruna memang lebih sering menggunakan kalimat formal, bukan karena tidak merasa dekat, tetapi karena sudah nyaman menggunakan bahasa itu.
"Enggak kejauhan tempat belanjanya?" tanya Aruna sambil meletakkan seluruh belanjaannya di kasir. Dirinya seakan tahu tujuan Anna sebenarnya.
"Ingin lepas sebentar dari anak, rewel," jawaban Anna membuat Aruna menoleh.
"Seorang Anna tidak betah di rumah? Masa?"
"Jangan suka ambil kesimpulan sendiri soal orang lain. Bayar dulu gih."
"Siap, Nyonya," jawab Aruna.
"Nyonya mau langsung pulang?" tanya Aruna pada Anna ketika sudah di mobil.
"Makan dulu dong, ada restoran Korea baru dekat sini." Anna nyengir.
"Baik, Nyonya." Jawaban Aruna membuat Anna memukulnya.
"Jangan dipukul dong sayanya, Nyonya. KDRP namanya," canda Aruna.
"Apa tuh KDRP?"
"Kekerasan Dalam Ruang Pekerjaan."
"Ngasal."
"Emang." Keduanya pun tertawa.
"Sebelah mana restorannya, nyalain Maps dong," Aruna meminta tolong.
"Enggak usah pakai Maps, aku tahu jalannya kok. Belok kanan, Bu."
Aruna menuruti arahan Anna dan mereka pun sampai di restoran yang sahabatnya minta itu.
"All you can eat?" tanya Aruna saat melihat bentuk restoran dari dalam.
"Iya, lumayan, kan, buat di-review. Mas, dua paket ya," ucap Anna pada pelayan yang menghampiri mereka.
"Mau yang biasa atau dengan tambahan wagyu-nya?" Pelayan tersebut bertanya.
"Pakai wagyu, ya."
"Baik Bu, ditunggu ya."
"Buka laptop banget?" Anna menghardik, melihat Aruna sudah membuka laptopnya dan siap-siap bekerja.
"Sebentar, weekly report belum selesai. Dan Senin mau ada monthly presentation, mesti disiapin."
"Duh," Anna mengeluh.
"Kan makanannya belum datang."
"Ya, kan, dagingnya yang belum, sayuran dan lainnya, kan, ambil sendiri. Gimana sih."

KAMU SEDANG MEMBACA
ARUNA
عاطفية"Akan ada suatu momentum, dimana kamu dan dia akan kembali berjumpa. Dimana kamu dan dia akan memutuskan, berhenti atau melanjutkan kisah kalian"