013. Dimana Aku Selalu menjadi Orang Ketiga

240 29 2
                                    

Sepuluh tahun sebelumnya, Aruna dan teman-temannya tengah mengikuti atletik di GOR Ragunan.

"Kenapa kamu marah sih, Yang?" Reno kekasih Resha kala itu bertanya dengan wajah memelas sekaligus frustasi. Karena sejak dijemput dari rumahnya, Resha sudah diam seribu bahasa.

"Hati-hati, kalau diam terus bisa benar-benar bisu nantinya." celetuk Aruna tanpa perasaan sambil mengikat tali sepatunya. Mereka masih duduk di pinggiran lapangan bersama Anna dan yang lainnya, menunggu guru olahraga mereka datang.

"Aku mau tanya ya sama kamu." Resha akhirnya memiliki suaranya, namun kelihatannya dia berusaha keras agar suara yang keluar tidak melengking keras karena kekesalannya itu.

"Kenapa pilihan Universitas kamu beda semua sama pilihan aku?" Resha mengeluarkan pertanyaan yang membuat Aruna membelalakkan matanya ke arah Resha sedangkan Anna menahan tawannya yang jadi seperti kikikan menyeramkan, namun keduanya memilih melihat pemandangan siswa siswi sekolah lain yang sedang atletik.

"Nggak beda semuanya, kan ada satu yang sama, Yang!" Jawab Reno,

"Ya cuma satu kan? Duanya lagi beda!" Resha bersungut-sungut.

"Dua universitas yang kamu pilih lagi itu jauh-jauh sayang, di luar jakarta semua, aku nggak bisa."

"Kenapa nggak bisa?" Tanya Resha ketus sambil mengernyitkan dahinya.

"Mama aku pasti tidak memperbolehkan, kan kakak-kakakku sudah menikah semua. Aku yang menggantikan papa buat terus jaga mama." Reno kembali mengeluarkan wajah memelas.

"Oke kalau soal itu. Tapi ya, kenapa harus sama pilihannya sama si kuntilanak itu!" kali ini Resha menemukan kesalahan Reno lagi.

"Kuntilanak itu siapa?" Tanya Reno, benar-benar terlihat bingung.

"Ratna! Teman sekelas sekaligus mantan kesayangan kamu itu!" Aruna meletakan tangan kanannya didahinya seolah merasa pusing saat mendengar Resha berkata seperti itu.

"Loh, aku mana tahu kalau pilihan kampusku sama seperti dia."

"Jadi, dia mengikuti semua pilihanmu? Atau kalian memang sudah janjian agar bisa satu kampus apapun pilihannya?" nada yang dikeluarkan Resha kali ini cukup berbahaya

"Sama sekali tidak. Semua itu murni kebetulan!" Reno membela dirinya

"Tidak ada yang namanya kebetulan! Aku tahu dia kemarin-kemarin ikut belajar bersama dirumahmu!" yak, satu kesalahan baru lagi, ujar Aruna dalam hati.

"Bukan hanya Ratna yang belajar dirumahku, sayang. Ada sekitar sepuluh orang.."

"Yang kebanyakan perempuan!" Potong Resha.

"Elo betah tiap hari lihat mereka seperti itu?" Tanya Dika pada Aruna, dari tadi ia berdiri disamping Aruna bersama beberapa siswa lainnya, memerhatikan pertengkaran Resha dan Reno dengan sedikit jijik.

"Percayalah, apa yang elo rasakan sudah gue alami sejak lama." Jawab Aruna yang bangkit dari tempat duduknya lalu mulai melakukan pemanasan.

Mendengar itu, Resha merasa malu jadi kembali mendiamkan Reno dan mengeluarkan wajah asamnya dan ikut pemanasan bersama Aruna.

Guru olahraga mereka datang dengan setumpuk kertas absen.

"Ayo yang sudah siap langsung antre!" Teriak sang guru.

"Lihat itu Fajar, di seberang sana." Ujar Dika pada yang lain sambil menggerakkan kepalanya, mengisyaratkan keberadaan Fajar.

Fajar tengah bersama dengan Bimo sahabatnya, dan seorang wanita yang memakai seragam olahraga dari sekolah lain.

ARUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang