⚽️ Nutmeg

272 40 44
                                    

SMA Lasbu alias Laskar Buana termasuk luas. Lapangan utama di paling depan, lapangan basket di depan kantin, serta yang lebih luas adalah lapangan sepak bola yang terletak paling belakang.

Sisi belakang kedua gawang dan sebelah selatan terdapat tribun meski hanya tujuh tingkat saja. Sedangkan bagian utara yang berbatasan langsung dengan kelas 12 diberi jaring besi agar bola tidak nyasar ke kaca jendela kelas.

Sekitar 15 menit yang lalu bel pulang sekolah berbunyi. Siang menjelang sore ini lapangan sepak bola cukup ramai, karena hari Rabu adalah hari padat ekstrakurikuler termasuk sepak bola.

Zera menaiki tribun di belakang gawang bagian Barat. Kedatangannya begitu mencolok karena termasuk jarang ada yang menonton training skuad Lasbu FC-nama klub sepak bola sekolah, selain jika ada sparing atau pertandingan resmi.

Zera mengangkat tangan kanannya, melambai pada seseorang di bawah sana yang tengah bersiap untuk berlatih. Tak lama, seorang pemuda dengan jersey biru menaiki tribun menghampiri Zera yang tersenyum ceria.

"Go, gue pulangnya nebeng ya? Pliiis.." ucapnya memohon dengan nada manis, berharap si pemuda jangkung di depannya itu mau.

Figo Elvano Dwinata namanya. Teman kecil Zera sejak kelas 3 SD sekaligus tetangga depan rumah Zera, yang dahulu kala pernah pecahin jendela kamar Zera karena tendangan asal-asalannya.

Kala itu rumah Zera belum memiliki pagar, serta kamar Zera di bagian depan. Tiba-tiba terdengar suara lantang dari bocah laki-laki di seberang jalan, "TENDANGAN MAUT KILAT HARIMAU!!"

Prangg!!!

Detik selanjutnya, semuanya tiba-tiba berubah gelap.

Ya, Zera selalu ingat itu. Sejak kejadian itu, Zera benar-benar memusuhi Figo. Keduanya berdamai lagi tiga tahun kemudian yaitu kelas 6 SD, saat Zera mulai jatuh hati pada sepak bola.

Figo adalah manusia yang ditanyai oleh Zera tentang apa itu kick off? Apa itu corner kick? Apa itu blunder? Apa itu own goal? Hingga apa itu full time, semuanya Zera tahu dari Figo. Anggap saja itu bayaran permohonan maaf Figo memecahkan jendela kamar Zera.

Meskipun kala itu, semua yang dikatakan Figo menyesatkan. Seperti,

"Emang free kick itu apa?"

"Nih, denger baek-baek ye. Free artinya gratis, kick artinya tendangan. Jadi free kick itu tendangan gratis."

"Lah? Emangnya nendang bola itu bayar?"

"Iya lah. Dipikir main bola itu gratis apa? Yang gratis itu main PES di rumah, makanya ayo tanding PES sama gue."

Back to Zera yang masih berusaha membujuk Figo agar mendapat tebengan pulang.

"Gue latihan, Je. Pulangnya sore. Lagian kenapa si Mark lo yang butut itu?" Tolak Figo.

Beruntung Zera memerlukan bantuan dari Figo hingga tidak mempermasalahkan Mark-nya dihina, "no problem, gue nunggu. Mark masih di bengkel, Igo."

"Ck iye dah, iye. Sana lo ke kelas 12 aja yang adem." Ya, pemuda jangkung berkulit putih yang nampak memerah karena cuaca yang panas itu terlalu mengerti Zera melebihi teman Zera yang lain, bahkan Letta saja kalah karena faktanya Figo lebih lama berteman dengan Zera. Bawasannya, melawan Zera merupakan sebuah kesia-siaan. Figo akhirnya mengalah.

"Gue sini aja dah."

"Dih, ngeyel lo. Panas gini. Mau nyemangatin rival ya?" Pemuda itu bertanya dengan nada menggelikan, Zera mendecak sebal.

RIVALITIONSHIPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang