Tiga puluh menit sudah pertandingan persahabatan berjalan antara SMK Pancasila dan SMA Laskar Buana. Zera ditemani Firman, Leo, dan Yuda yang mencadangkan diri atas suruhan Zera sembari memberi kesempatan pada para junior seperti Eggy dan Thiago untuk bermain di lini depan.
Mereka berempat tengah duduk di tribun belakang gawang yang dijaga Garren, dibatasi oleh jaring besi. Berbeda dengan lapangan sepak bola di SMA Lasbu yang jaring besi justru terpasang di luar tribun.
Ya katanya sih, supaya ada sensasi nendang bola kebablasan terus kena penonton.
"Lumayan tuh kapten SMK, sayangnya milih langsung shoot jadi kebanyakan buang bola," celetuk Leo panjang memuji kapten kesebelasan SMK yang tadi nyaris menggandakan skor namun masih melenceng ke kiri gawang.
"Shoot-nya juga lumayan bikin Bang Garren kaget sampai mukanya kayak orang nahan pup gitu," Firman menyahuti diakhiri kekehan. Zera melirik tajam Firman, hampir saja khilaf mengumpati si cowok berhidung bangir itu. Enak aja bang Garren yang kalau lagi was-was jaga gawang jadi tambah kece itu dibilang kayak nahan pup.
Rupanya umpatan tertahan itu tersampaikan juga oleh Yuda yang berucap seakan tak terima, "Wah sialan main belakang lo, gue aduin awas."
"Yaelah Bang Yud, canda aing–EH EH MASUK! YAAH.." ucapan Firman teralihkan kala melihat di gawang seberang sana, Eggy nyaris mencetak gol melalui sundulan setelah menerima bola dari corner kick Javi.
Zera menghela napas lelah, "kandang orang kalem dikit nggak bisa ya, Man?"
"Ya sori Je, Eggy tuh tadi kalau heading jadi ganteng banget," balas Firman malah makin excited.
"Lupa gender lo?"
Pertanyaan Yuda tadi sebenarnya hanyalah candaan, tapi..
"...... hampir," ucap Firman dengan wajah sok polosnya. Sungguh, meladeni Firman memang sebaiknya dihindari karena pasti nggak akan ada habisnya. Mood maker-able parah, alias 24/7 ngoceh terus.
Mereka semua memilih fokus pada pertandingan dan menyudahi cek-cok dengan Firman sebelum lebih banyak mengumpat. Skor sementara imbang 1-1. Skuad tuan rumah memakai jersey kuning, sedangkan sang tamu alias skuad SMA memakai jersey berwarna abu-abu muda.
Kedua kubu bermain lebih santai, tapi kadang ngegas kalau sudah di area pertahanan sampai main tackle kasar. Seperti beberapa menit lalu saat bola berada di area pertahanan Lasbu, bola berhasil direbut kembali oleh Saga namun baru saja akan melancarkan aksi epic counter attack, si nomor punggung 17 itu ditackle keras oleh pemain lawan.
Sampai cowok jangkung itu sempat terduduk lama dan meringis kesakitan. Firman yang termasuk cowok nyablak itu bahkan sempat mengumpat lirih, 'wah jamet' sebelum akhirnya dipiting oleh Yuda yang duduk tepat disebelahnya.
Baru saja di bicarakan, Saga melambai ke arah mereka yang duduk di tribun lalu memberi kode pergantian pemain. Zera yang pertama menyadari itu, langsung menyuruh Firman berdiri. Tidak mungkin menyuruh Leo ataupun Yuda karena keduanya berposisi sebagai lini serang.
"Kenapa tuh?" Lagi-lagi Firman yang nyeletuk.
Ngadi-ngadi banget emang. Kalau di kelas IPA 4 badutnya Adam, tapi kalau diluar kelas begini entah Zera baru tahu atau baru sadar si Firman malah lebih badut lagi. Situasi begini bukannya bergegas menggantikan Saga, justru masih saja duduk dengan santuynya.
"Udah sana cepetan, hih." Leo saja sudah gedeg sendiri dibuatnya.
Saga melangkah pelan ke arah tribun dimana ketiganya duduk. Iya tiga, Firman sudah ngacir penuh semangat antara tebar pesona dengan penonton SMK atau mumpung Zera belum berubah jadi ular. Langkahnya pelan dan lain dari biasanya, juga beberapa kali meringis kecil tanda menahan rasa nyeri.
KAMU SEDANG MEMBACA
RIVALITIONSHIP
Teen FictionKata para siswa IPA 4, kelas sudah jadi seperti ragunan mini kalau Zera dan Saga sudah berulah mengeluarkan kata-kata magis membela klub bola kebanggaan masing-masing. Lain lagi kalau kata para siswi penghuni kelas jika disuguhi adegan fan war, mere...