⚽️ Draw

142 19 5
                                    

Berita dirinya ditawari oleh Pak Arsen menjadi asisten pelatih, rupanya sudah tersebar hampir setiap penjuru sekolah. Ya, Zera mengetahui hal itu bermula dari Letta.

"Lo lupa gue siapa? Anak mading, bertugas mengumpulkan berita, admin akun gosip sekolah.. berita begini mah di grup chat anak mading dah gempar dua hari lalu!"

Sahabatnya itu—Aletta Kanaya, cita-citanya jadi agen FBI, hobinya baca komik detektif konan, film favoritnya Sherlock Holmes, tapi secara keseluruhan Aletta Kanaya ini benar-benar titisan Feni Rose.

Sungguh Zera hanya dapat menahan segala umpatan dan sumpah serapah mengetahui dirinya kini jadi bahasan banyak orang. Ya maklum sih, ini pertama kalinya Zera ditawari tugas sebesar itu.

Apalagi sejauh ini, Zera adalah murid biasa-biasa saja. Siswi SMA yang.. akademik dan non akademik biasa saja, ekstrakulikuler cuma pramuka itupun waktu kelas 10 karena wajib, anak OSIS bukan, sering dicari-cari guru juga enggak, seksi sibuknya sekolah juga bukan. Benar-benar wajar jika banyak yang baru tahu eksistensi seorang Zera.

Jadi nggak heran kalau saat berjalan dari kantin menuju kelas tadi, samar-samar Zera mendengar orang lain seperti menyebutkan keberadaannya seperti,

'oh ini yang Zera-Zera itu..'

'dia ya yang mau jadi asisten Pak Arsen?'

'Oi Zera, bermanfaat juga hobi-lo nonton bola.'

Zera sih cuma senyum-senyum canggung aja mendengarnya sambil memasang raut polos sok tidak mendengar apa-apa. Padahal hatinya menyuarakan hampir semua penghuni kebun binatang.

"Sabar ya Je, gue tau otak lo isinya umpatan semua," ucap Letta yang memang tengah berjalan berdampingan dengan Zera menuju kelas. Keduanya masing-masing membawa segelas capcin, hasil mengantre di Mang Sukim.

"Tolong ini muka gue mau taro mana ah elaaah.." balas Zera frustasi.

Karena memang bukan ini yang Zera mau. Bukan ini yang Zera harapkan. Zera tuh tahu sekolahnya akan jadi tuan rumah udah seneng bukan main dan dia cuma mau nikmatin setiap pertandingan, mojok di tribun yang adem sambil menelin cogan-cogan lari-larian di lapangan.

Bodo amat meskipun sisa uang jajan yang harus ia tabung akhirnya terpakai buat beli tiket nonton. Ya, memang turnamen tahunan ini tidak gratis. Musti beli tiket kalau mau nonton dan duduk di tribun.

"Apanya yang ditaro mana sih, udah itu muka mah situ aja etdah.. percaya diri aja kenapa sih???" Geram gadis berponi rata dengan mata bulatnya—Letta yang kini membulat penuh menatap Zera.

Sampai di kelas, keduanya duduk di tempat mereka masing-masing. Ada beberapa manusia juga yang memilih tinggal di kelas di jam istirahat pertama. Banu dan Liam contohnya, seperti biasa tengah bermain free fire atau mobile legend entahlah. Ada juga beberapa yang tertidur. Di samping Zera, Saga berulang kali memukul kecil pulpen mengganggu Javi yang tengah menggarap tugas susulan.

"Heh, Je. Sumpah gila gue kemaren dinotice sama Erlan gue pikir mau apaan dah ternyata gue disuruh minggir gara-gara tuh cowok mau ngambil gambar ceweknya yang dibelakang gue lagi pose. Wah kalau nggak ganteng, dah gue lemparin sambel siomay!" Letta membuka percakapan dengan suaranya yang meletup-letup. Memulai sesi curhat pagi menjelang siang hari ini.

Zera yang tengah meneguk capcinnya hampir saja tersedak, "HAHAHA kocak bener idup lo!"

"Lo tau? Ceweknya.. gila woi, bening banget sampe gue aja silau langsung minder sendiri liatnya," lanjutnya dengan over ekspresi.

RIVALITIONSHIPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang