⚽️ Shot on Target

180 30 13
                                    

Malam minggu pukul 7 malam, Saga mendecak kecil, wajahnya bersungut menatap layar ponselnya sambil mengetikkan sesuatu dengan cepat dan begitu serius. Sesekali nampak raut berpikir kala mengetikkan balasan pesan dari seseorang di seberang sana.

Saga: Lo aja yg ganti pelatih, klub gue fine-fine aja tuh.

Kalau perihal sepak bola, pastinya ia tengah bersama lawan debatnya, Zera Juvanka.

Karena rival, bukan berarti keduanya tak pernah bertukar chat. Justru mereka jika tak bertemu akan saling bertukar pesan lewat whatsapp, entah karena Saga yang memulai dengan mengomentari snap Zera, ataupun sebaliknya.

Lima belas menit yang lalu, hingga kini Saga tak bergeming dari lantai kamar tempatnya duduk hanya karena berbalas pesan dengan Zera.

Padahal seharusnya, setiap hari bertemu maka akan bosan untuk terus menerus fanwar.

Tak perlu waktu lama, Zera di seberang sana membalas pesan Saga.

Zera: Hhhh, yang kemarin kalah siapa btw?

Saga membaca pesan dari rivalnya itu. Sebelum dibalas, ia terlebih dahulu berpindah posisi tengkurap di atas kasur empuknya. Kamar bernuansa hitam-putih itu bertambah gelap karena penerangan minim yang hanya bersumber dari lampu tidur saja.

Entah karena mager menyalakan lampu utama atau pemuda itu tengah hemat listrik.

Intinya kalau kata Javi kala pertama masuk ke kamar Saga, "ini kamar apa instagram sih, kok mode gelap? Lagian perasaan lo sukanya Madrid kok jadi lebih condong ke Juve ya? Jangan jangan lo.... hijrah?"

Ya meskipun cukup banyak barang-barang yang berwarna putih bertema Real Madrid tentunya, namun dinding yang separuh di cat hitam itu lebih mendominasi.

Saga mengetikkan balasan (lagi).

Saga: Gue baru kalah sekali, lo imbang berkali2. Lupa ya? HAHA.

️️ ️️️️️️

**

️️ ️️️️️️

Di seberang sana, di tempat lain dengan waktu yang sama...

Figo tengah mengamati gerak-gerik Zera yang sejak tiba di ruko jus pinggir jalan, tak hentinya menatap layar ponsel. Keduanya kini tengah duduk berhadapan di bangku plastik berwarna biru. Ya, pemuda penggemar buah alpukat itu mengajak Zera pergi keluar malam-malam begini membeli jus. Sebagai upah mengantar, Figo membelikan dua buah jus untuk Zera dan Malik.

Sudah jelas bahwa Figo mengerti tabiat Zera luar dalam. Kalau ia hanya memberinya satu, Malik akan memaksa meminta namun Zera dengan laknatnya tak membiarkan adiknya meminta barang seteguk-pun. Dan pertengkaranpun akan terjadi sampai terdengar ke rumah Figo.

"Ck, bolot banget sih. Gue nanya, lo mau jus apa?" Figo kali ini benar-benar kesal karena dua kali bertanya tak digubris oleh Zera. Pemuda itu memajukan tubuhnya dan merebut paksa ponsel Zera.

Zera hampir saja memekik, dengan segera gadis itu maju hendak merebut ponselnya kembali namun kepalanya sudah ditahan oleh satu tangan kekar Figo. "Eh, eh iya iya sini balikin!"

"Oh, pantesan bolot mendadak.." Figo tersenyum meledek. Setelah dirinya melihat chat dari siapa yang membuat teman kecilnya itu sampai seperti punya dunia sendiri.

Merasa tertangkap basah, Zera mengalihkan pandangan ke penjual jus di dekatnya, "Pak, mangga-nya dua, aplukat satu," penjual jus itu mengangguk, menyuruh Zera menunggu sebentar.

RIVALITIONSHIPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang