⚽️ Line Up

154 27 5
                                    

6.25 AM, Kamis kepagian bagi Zera yang kini bersama Mark--sepeda gunungnya, memasuki lingkungan sekolah lewat gerbang sebelah Utara alias gerbang utama. Gerbang bagian Barat yang biasanya ia lewati agar langsung sampai pada parkiran sepeda, belum dibuka.

Entah ada barokah macam apa sampai-sampai manusia teladan seperti Zera berangkat sepagi ini. Ya teladan, telat dan pulang paling cepat. Namun demikian, alangkah beruntungnya Zera berangkat pagi dan memasuki sekolah lewat gerbang utama.

Gadis itu menarik tuas rem sepedanya hingga berbunyi 'ckiiiitttt' amat nyaring. Beruntung masih pagi, sepi. Jadi nggak malu-maluin lah. Kepalanya mendongak menatap spanduk besar yang terpasang di bagian atas gerbang.

'SMA LASKAR BUANA FOOTBALL TOURNAMENT 2020'

Setelah puas tersenyum kala membaca spanduk itu, Zera turun dari sepedanya dan meneruskan langkah kakinya menuntun Mark ke parkiran sepeda di bagian Barat.

Gadis yang memakai seragam identitas kotak-kotak berwarna biru muda dengan rambut sebahunya yang diikat rapih itu lantas berjalan menuju kelasnya setelah memarkirkan sepeda. Tak pudar bak sedetikpun senyuman dari bibirnya setelah membaca spanduk tadi.

Turnamen sepak bola tahunan yang diselenggarakan satu bulan lagi itu, tahun ini menjadi giliran SMA Lasbu yang menjadi tuan rumahnya. Pesertanya adalah dari delapan SMA dan delapan SMK. Mengingat tahun lalu diselenggarakan di SMA lain yang cukup jauh sehingga Zera baru kali ini akan menyaksikan bagaimana euforia meriahnya ajang tahunan itu.

Yang pasti, dalam bulan ini akan sering diadakan latihan, lapangan diperbaiki karena akan menjadi tuan rumah, dan banyak lagi.

Ajang tersebut dimulai pukul 4 setelah pulang sekolah hingga pukul 9 malam, mengingat ada dua pertandingan perharinya dalam waktu kurang dari 2 minggu.

Sungguh, nikmat duniawi bagi Zera.

️️ ️️️️️️

**

️️ ️️️️️️

El clasico. Bagi penikmat si kulit bundar alias sepak bola tentu sangat tak asing dengan dua kata itu. Dua kata yang menggambarkan betapa serunya menyaksikan dua buah kubu yang akan berlaga dengan tensi tinggi.

Saling memamerkan tak-tik, jual beli serangan, demi memperebutkan posisi teratas di liga Spanyol. Siapakah dua kubu itu?

Benar, Real Madrid dan Barcelona.

Terdengar seperti pertandingan pada umumnya bagi mereka yang belum mengerti betapa besar pengaruh kedua klub dalam meramaikan pentas sepak bola di Eropa. Pertemuan dua rasaksa Spanyol yang berstatus musuh bebuyutan itu bukan hanya ditunggu oleh penggemar kedua kubu tersebut, namun hampir semua penikmat bola dari berbagai kubu.

Bagi fans kedua klub itu, yang bahkan tidak ada pertarungan antara kedua klub-pun tetap saja akan saling adu mulut ketika bersanding. Apalagi kalau situasi seperti ini, H-14 kedua klub akan bertanding memperebutkan 3 poin penting, maka hari-hari mereka dipenuhi perdebatan tentang dua klub itu.

Bukan hanya tentang 3 poin saja, namun juga gengsi. Siapa yang kalah, akan direndahkan sampai klub itu menang di pertemuan selanjutnya. Dan siapa yang menang, akan dijunjung meskipun kalah pada laga-laga melawan klub lain berikutnya.

Contoh saja tahun lalu, pada El clasico jilid pertama Barcelona kalah di kandang 1-0 melawan Real Madrid.

Yang terjadi adalah, Zera diolok-olok habis oleh Saga. Meskipun Real Madrid kalah pada pertandingan melawan Sevilla, Zera tetap kicep karena saat akan balas mem-bully Saga, pemuda itu dengan enteng berkata, "Real Madrid kalah dari Sevilla, sedangkan Barcelona kalah dari Real Madrid. Jadi.. siapa yang paling lemah?"

Sungguh, olokan demi olokan baru berhenti saat El clasico jilid dua yang berakhir dengan skor imbang 2-2.

Lalu, siapa yang akan menang di El clasico jilid pertama tahun ini? Ya, hari ini kaum adam penghuni kelas 11 IPA 4 tengah ramai membahasnya. Efek semalam yang dengan kompak Saga dan Zera membuat snap WhatsApp 'h-14'.

"Gue megang Barca deh, enak kalau tiap hari si Saga kena semprot Jeje." Ucap waketu a.k.a Adam, cowok berambut cepak yang dengan santai duduk diatas meja.

Sontak beberapa menggeleng tak setuju. "Madrid aja deh. Kasian si Saga kemarin baru aja kalah." Sanggah Liam yang ucapannya diangguki oleh beberapa pemuda lainnya.

"Lah, kenapa nggak Barca? Lo kan suka sama Jeje." Ucap pemuda bertubuh mungil bernama Fajar. Ya, sebenarnya 'suka' bukan beneran sih, hanya candaan teman sekelas.

"Nggak papa, gue belain ntar." Sontak semuanya tertawa mendengar jawaban nyleneh Liam yang punya imej kalem tapi kini lenyap sudah karena ketularan virus bobrok Adam atau pun Firman.

Pagi ini, hanya karena El clasico, para siswa IPA 4 menggerombol bergosip ria di pojokan kelas. Meskipun tidak semuanya, namun seorang preman seperti Jordi saja sampai ikut nimbrung. Banu, Javi saja belum nampak memasuki kelas. Sampai yang sedang menjadi pembicaraan, Saga saja belum terlihat ujung batang hidungnya.

"Paling juga imbang lagi— eh Jeje, cerah bener."

Gadis jangkung itu mengangkat alis samar mendengar sapaan itu ketika memasuki kelas. 20 menit yang lalu ia telah memasuki kelas hanya untuk menaruh tas lalu ngacir ke kantin untuk sarapan.

Gadis itu lantas menduduki kursinya. Di samping kirinya ada Letta yang entah sudah dua hari ini sibuk berkutat dengan kertas warna-warni. Biasa, proyek mading.

"Woi, parah lo, Ta. Nggak bilang mau ada turnamen," celetuk Zera tiba-tiba dengan raut dibuat sok dramatis.

"Lah udah lama, gue pikir lo udah tau," balas Letta dengan suara nyaring namun tak mengalihkan tatapannya sedetikpun dari proyek mading.

"Yeuu, pantes ya Figo latihan mulu."

Letta tiba-tiba merogoh laci dan mengeluarkan sebuah kertas dan menyerahkannya pada Zera. "Nih diem, isi ini formulir. Harus. You will have many connection, Je."

"Hah?" Zera menganga bingung. Letta memberikan tatapan penuh arti pada Zera. Sepersekian detik, Zera paham maksud 'connection' dari ucapan Letta. "Nggak-nggak. Males banget. Nonton mah nonton aja," tolak gadis itu cepat.

Menjadi pengamat bola diam-diam adalah kerjaannya sejak kelas 10. Gara-gara tragedinya dengan kakak kelas—Sean, ia dengan yakin menolak permintaan Letta.

Apalagi ada Saga. Idih, lebih malu-maluin kalau sampai kelepasan fanwar pas jadi panitia. Ya, formulir panitia turnamen.

"Ck, pliss loh darurat nih kekurangan panitia. Lagian banyak cogan pinter ngegocek dari sekolah lain kan lebih menawan, apa nggak nyesel lo?"

Zera tak kunjung menjawab penawaran menggiurkan dari Letta. Ia justru mengamati kelas yang mulai ramai, baik siswa atau siswi IPA 4 sama-sama riuh dengan topik obrolannya masing-masing.

Ah, Saga. Pemuda itu baru saja memasuki kelas dan langsung disambut tatapan meremehkan seorang Zera.

"Apa lo?" Saga hanya meletakkan tasnya, tak kunjung duduk. Membalas tatapan dari Zera.

"Lah, apaan?" Zera balas bertanya, hanya decakan kecil yang keluar dari mulut pemuda jangkung itu.

Tanpa dua manusia itu sadari, keduanya telah menjadi moodmaker bagi para penghuni kelas. Perdebatan mereka seakan menjadi pusat tontonan yang menyenangkan sekaligus tak membosankan.

️️ ️️️️️️

••rivalitionship••

RIVALITIONSHIPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang