️️ ️️️️️️
Usai menyeduh segelas susu, gadis dengan kaos abu polos dan celana hitam selutut itu duduk bersila di karpet tebal kamar miliknya. Di depannya sudah ada laptop miliknya yang menyala, dengan susu coklat panas tadi diletakkan di dekatnya.Pukul sebelas kurang lima belas menit, sebentar lagi klub kebanggaannya segera memulai pertandingan. Padahal siaran live bola kali ini juga di tayangkan di televisi lokal, tetapi gadis itu lebih memilih streaming di laptop daripada kepergok sang ibu ketika kelepasan memekik saat timnya mencetak gol atau kebobolan.
Gadis itu menguap dan tak berselang lama, seringai tipis muncul kala layar laptop menampilkan vidio live streaming lapangan hijau dengan banyak manusia berlarian. Lagaknya yakin sekali jika timnya tidak akan bernasib sama seperti tim rival semalam. Tetapi baru beberapa menit dimulai, gerutuan dan gurat kesal kaluar dari mulut dan raut wajah Zera.
"Yaahhh gila, mainnya counter attack."
Gadis itu bermonolog dengan mulut yang penuh ciki yang ia bawa bersama kopi sebelumnya. Sesekali matanya memicing fokus pada layar. Tak lupa gerakan spontan dan suara pekikan aneh terdengar kala klub idolanya hampir mencetak goal atau hampir kebobolan.
Sampai setengah permainan, kedua klub belum ada yang dapat mencetak gol. Hanya jual beli serangan yang membuat si penonton sesekali senam jantung.
Zera meraih ponselnya yang berada di samping laptop yang kini sudah berlayar hitam karena pertandingan babak pertama telah usai.
Ia menghubungkannya dengan wi-fi rumah, lalu langsung saja membuka aplikasi WhatsApp. Pesan teratas dari grup chat kelas 11 IPA 4 dengan beberapa penghuni yang masih aktif tengah malam. Zera meng-scroll dan kebanyakan adalah para anak adam yang berbalas sticker.
Tanpa sadar, Zera terfokus pada kontak milik Sagara yang berberbalas pesan dengan Banu. Hal itu membuat Zera berdoa dalam hati, agar malam ini klubnya tidak ikut kalah seperti klub Saga semalam yang kalah di kandang. Paling tidak imbang sudah cukup mengingat lawan Barcelona kali ini cukup tangguh.
Zera kembali menyalakan laptopnya, melanjutkan pertandingan babak kedua.
Menit-menit awal babak kedua masih sama, beberapa pergantian pemain sudah dilakukan namun perubahan tak-tik kedua kubu masih belum nampak. Hingga memasuki menit ke-60, klub lawan mendapat kesempatan corner kick atau tendangan pojok. Tanpa disangka, tendangan dari pojok lapangan itu tidak dapat ditepis oleh penjaga gawang Barcelona, sehingga menjadi sebuah gol.
Barcelona yang bermain tandang, tertinggal 0-1 oleh klub tuan rumah.
Zera menganga saja, dengan kedua bahu yang menurun tanda menyayangkan apa yang baru saja terjadi. Antara speechless melihat gol cantik atau klubnya yang terbobol. Gadis itu tiba-tiba teringat perkataan Saga di kantin, Messi kagak main, Barcelona bisa apa?
Mood menontonnya sedikit goyah karena klub dukungannya kesulitan membalas gol. Namun masih berpikir positif jika klun yang didukung dapat balas mencetak skor.
Zera menutup mulut menahan pekikan yang hampir keluar kala Barcelona dihadiahi tendangan penalti. Gelandang klub lawan melakukan pelanggaran di daerah kotak penalti.
Menit 77, pemain Barcelona bernomor punggung sembilan mencetak gol dari titik putih sehingga berhasil menyamai kedudukan klub tuan rumah. Dan skor imbang bertahan sampai peluit panjang tanda berakhirnya pertandingan dibunyikan oleh wasit.
KAMU SEDANG MEMBACA
RIVALITIONSHIP
Novela JuvenilKata para siswa IPA 4, kelas sudah jadi seperti ragunan mini kalau Zera dan Saga sudah berulah mengeluarkan kata-kata magis membela klub bola kebanggaan masing-masing. Lain lagi kalau kata para siswi penghuni kelas jika disuguhi adegan fan war, mere...