Bab 8 Bertambah Jalang

11 1 0
                                    

Walau sudah diguyur hujan, tapi kota Rembang tetap panas menyengat. Pak Probo... hehehe... sudah tiga gelas minum es jeruk, tapi haus belum juga hilang. Sambil kipas-kipas pakai ilir jawa, beliau bicara lumayan serius dengan Sang Istri.

Probo: "Bu, mana Si Tiara?"

Istri: "Dia lagi megang gadged, paling fb-an, Pak."

Probo: "Ini sudah jam 4 sore, apakah dia sudah shalat ashar?"

Istri: "Kayaknya belum."

Probo: "Duh... kayaknya anak kita ini semakin hari semakin malas. Padahal... bentar lagi dia duduk di bangku SMA, tapi... kenapa nggak dewasa-dewasa, ya? Sifatnya masih seperti anak-anak terus."

Istri: "Kita terlalu memanjakannya, Pak."

Probo: "Aku sudah mempunyai rencana. Gini... ntar aku akan mencarikan SMA islami terbaik di Semarang. Aku yakin... dengan dia sekolah di sana, maka ilmu agamanya semakin bagus, ilmu umum juga mantap. Gimana Bu?"

Istri: "Emm... apa nggak sebaiknya Si Tiara sekolah di sini aja... di Rembang? Di sini juga banyak sekolah yang bagus."

Probo: "Enggak. Dia harus jauh dari orang tua supaya bisa mandiri. Jika dia terus dekat dengan orang tua, selamanya dia akan malas seperti itu."

Istri: "Pak, Semarang tuh kota besar. Pengaruh negatif sangat banyak. Aku khawatir..."

Probo: "Kalau kamu berfikir negarif terus, maka anak kita takkan bisa berkembang. Think positive, please!!!!"

Enam bulan kemudian, Tiara sudah berada di Semarang. Dia masuk di sekolah islam yang lumayan terkenal. Biaya masuk sekolah... wow... mahal banget, hampir seharga motor bebek baru, hehehe.

Apakah Tiara menjadi semakin baik? Hmm... dia bagai kuda yang lepas dari kandang. Walau perempuan, dia sudah berani belajar merokok. Saat masuk sekolah, dia mengenakan jilbab, tapi saat nge-maal, dia melepas tuh jilbab. Saat kumpul-kumpul dengan teman-temannya di warung kucingan, dia juga melepas jilbab, sambil... merokok. Duh... parah banget ni bocah.

Atmosfer Semarang benar-benar membuat Tiara bertambah jalang. Shalat... gak pernah lagi. Belajar... gak mau. Sosmed... hampir tiap menit kecuali pas tidur, hehehe. Tapi dia pandai menyembunyikan semua keburukan ini dari ortunya. Biasalah... namanya dosa pasti membuat orang malu dan dia akan menyembunyikan serapat-rapatnya.

Saat ada liburan agak panjang, Tiara pulang ke Rembang. Tentu dengan memakai jilbab. Di rumah juga shalat, ngaji, bicara dengan logat Semarangan dengan sangat sopan. Tujuannya hanya satu yaitu tebar pesona, jaga image... hehehe. Begitu dia sudah pulang dari Rembang, saat naik bis menuju Semarang, diapun melepas jilbabnya lagi.

Memang kenyataan ini sungguh aneh. Tuh anak sekolah di sekolah islam. Lingkungannya juga islam. Semua gurunya adalah islam, tapi kenapa semakin hari semakin bejat, jauh dari akhlak islami? Jawabannya sederhana... karena mayoritas teman-temannya juga bejat seperti dia. Kok bisa? Hehehe... gini... niatan orang tua memasukkan anak mereka ke sekolah islam tuh macam-macam. Ada anak shalih, lalu dimasukkan ke sekolah islam supaya bertambah shalih. Ada anak awam, dimasukkan ke sekolah islam supaya jadi shalih. Ada anak nakal, dimasukkan ke sekolah islam supaya menjadi shalih. Naa... kebanyakan yang terjadi tuh yang nomor tiga yaitu anak nakal dimasukkan ke sekolah islam supaya menjadi shalih. Memang tujuan awalnya bagus. Tapi silakan bayangkan... ada 50 anak nakal yang dimasukkan ke sekolah islam. Lalu ke 50 anak nakal itu pada berkumpul, buat group tersendiri. Mereka semakin nakal karena memang dikelilingi oleh anak-anak nakal. Pertanyaannya adalah... dua tahun kemudian, kelima puluh anak nakal ini menjadi semakin shalih atau malahan semakin nakal??? Hahaha... anda pasti tahu jawabannya.

Setahun kemudian, sekolah mengadakan wisata ke Bali. Ada 8 bus berjejer siap mengantar para murid untuk sejenak menikmati alam. Kesempatan ini benar-benar membahagiakan Tiara dan groupnya. Mungkin inilah puncak kesenangan mereka, bisa hepi bersama-sama di Pulau Dewata.

Sehari kemudian, rombongan sudah menginap di salah satu hotel di Bali. Semakin malam, suasana semakin ceria. Emm... dari ceria menuju ke mesra. Dari mesra menuju ke zina. Hmm... Tiara baru tahu kalau teman-temannya pada melakukan perbuatan zina, sungguh tak senonoh. Duh... dia shock, kecewa, marah, frustasi dan... remuk. Sejenak jiwanya menangis...

Jiwa: "Hiks... hiks... kuakui, aku memang nakal, malas, suka merokok, tapi aku nggak sampai melakukan zina seperti itu."

Hati: "Hmm... gak nyangka. Padahal mereka sekolah di sekolah islam, tapi kok bisa dengan mudahnya berzina. Padahal mereka tahu ilmunya, tapi kenapa malahan melanggar?"

Jiwa: "Mereka seperti setan."

Hati: "Emm... lebih mirip binatang, deh."

Jiwa: "Nyesal banget aku masuk sekolah ini."

Hati: "Mending dulu sekolah di Rembang aja, ya?"

Jiwa: "Benar. Senakal-nakalnya anak Rembang, tapi nggak separah anak Semarang."

Hati: "Kayaknya... secepatnya aja pindah ke Rembang, ya?"

Jiwa: "Benar, aku akan melanjutkan sekolah di Rembang aja. Moga-moga proses mutasi-nya gak ruwet."

Hikmah dari kisah ini:

1. Beberapa sekolah islam yang ada (tidak semuanya) bukannya menjadikan anak kita semakin shalih, tapi malahan sebaliknya. Kenapa? Anak kita dikotori akhlaqnya oleh teman-teman mereka satu sekolahan. Jadi, silakan sangat selektif dalam memilih sekolah.

2. Jangan memilih sekolah karena murahnya, jangan milih sekolah karena namanya yang terkenal. Tapi silakan memilih sekolah karena kita memang mengetahui luar dalam sekolah itu. Sekolah yang berlabel islam, belum tentu dalamnya benar-benar islami karena fakta di lapangan mengatakan seperti itu.

3. Memang sekolah adalah 'pabrik' untuk menghasilkan anak pintar dan shalih. Tapi sebenarnya mesin penghasil anak shalih yang paling bagus adalah kedua orang tua. Jadi... jangan pernah mengandalkan sekolah, lalu para orang tua nyantai, tidak mendidik anak dengan maksimal.

4. Anak bisa shalih tergantung kepada tiga faktor yaitu buku yang dibacanya, kualitas teman-temannya, dan keputusan yang dia buat. Untuk para orang tua: pastikan anak-anak membaca buku-buku yang baik dan bagus, pastikan anak-anak berada di lingkungan yang islami dan berakhlaq mulia, dan bantulah anak untuk mengambil keputusan yang islami, yang lurus, yang sesuai dengan Al Qur'an dan Sunnah.

------

Jangan Pernah Keluar Rumah Tanpa Membawa CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang