Sebelum membaca Lia ingatkan untuk tekan tombol vote dan jika belum azan magrib jangan makan dan minum dulu ya
~~~~~
Sesampainya di cafe tempat kita janjian aku langsung mengedarkan pandanganku mencari keberadaan mereka. Dan saat netraku melihat ke arah jam sebelas aku melihat mereka sedang asik berdebat.
Selalu saja mereka berdebat, gak di kelas, gak di luar kelas, dan yang parahnya di tempat umum juga. Bahkan banyak yang menyangka mereka berpacaran dan ada gosip pula kalau Alan bimbang untuk memilih antara gadis manis atau gadis cantik. Apa coba maksudnya?
"Heii!! Ribut mulu kerjaannya," sapaku menganggetkan mereka.
Aku duduk di sebelah Ranti dan Alan duduk di depan aku dan Ranti. Ternyata di meja sudah ada minuman kesukaanku, milk tea. "Kemana aja lo?" tanya Alan menyelidik.
"Kan udah gue jawab di telpon Ujaaangg," jawabku geram hingga menyatukan gigi atas dan bawa ketika mengatakan dua kata terakhir.
"Nama gue bukan Ujang, Markonah!" bela Alan.
"Hee... gue juga bukan Markonah Lutung!" balasku. Lah kenapa ini jadi aku dan Alan yang ribut, hehe.
Ranti yang sedari tadi diam menyaksikan kita ributpun tertawa sambil menunjuk-nunjuk Alan dengan sedotan minumannya. "Haha... Lutung. Monyet dong?" tanyanya yang masih tetap tertawa.
Alan menepis sedotan Ranti yang menunjuknya, "diem lo!" bentaknya.
Rantipun dengan susah payah untuk menahan tawanya. "Oke, oke. Jadi, gimana Rin?" tanya Ranti padaku. Aku yakin saat ada insiden mereka berdua ribut sendiri sampai tidak tahu kejadiannya.
Sebelum cerita aku ingin tahu kebenarannya. "Eh tunggu," ucapku yang berhasil membuat mereka terdiam dengan aktivitasnya. "Ke-kenapa ka-lian pada diem?" tanyaku dengan suara agak gemetar, takut mereka kenapa-kenapa.
Merekapun kembali normal. "Elo si tadi bilang tunggu. Kan kirain apaan," jawab Alan sekenanya.
Aku hanya memasang senyum, "Kenapa kalian gak tau insiden ini?" tanyaku menyelidik.
Mereka berdua terlihat kikuk, Alan yang menggaruk-garuk kepalanya, sedangkan Ranti yang mengaduk-ngaduk minumannya. Ada apasih sama mereka? "Kenapa?" tanyaku lagi.
"Eh, itu-" jawab Ranti gugup. Kenapa harus gugup coba.
"Tadi pas lo pergi gue sama Ranti ke kantin," jawab Alan malu-malu dan sidikit nada bersalah.
"Maafin gue ya Rin," ucap Ranti sambil menempelkan kedua tangannya meminta maaf. "Gue gak ada saat lo ada masalah. Tuh si Alan sih ngerengek minta ditemenin kekantin," bela Ranti.
"Iya gak papa, santai aja. Lo berdua pacaran ya? Ah gak seru gue gak dikasih tau," tanyaku meledak mereka.
"Enggak kok."
"Gak papa kali Ran. Yaudah gue cerita nih."
Akupun menceritakan semuanya kejadian tadi di sekolah. Dari aku yang meninggalkan mereka bermain basket dan menghampiri Dewi hingga masuk ke ruangan terkutuk BK. *Baca chapter 2
"Untung skor lo diatas Dewi sebelum kaca pecah," komentar Ranti setelah aku selesai bercerita.
Aku menyeruput milk tea hingga tersisa setengah, ah tidak, mungkin setengahnya dari setangah. *Bilang aja seperempat! Santai, ni author nya ngegas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rindu, Bergema Di Pesantren
Teen Fiction#118 in pesantren dari 1,42rb (23 Maret 2019) #347 in rindu dari 17,5rb (11 Mei 2019) ~~~~ Rindu tercipta karena ada kenangan yang kita lalui dimasa lampau. Rindu tercipta karena ada hal menyenangkan diantara kita. Rindu tercipta karena ada kamu ya...