19~Rindu

15 2 1
                                    

Assalamualaikum, Lia kembali nih...

Jangan lupa vote, comen and follow me ya...

Selamat membaca 📖👓

~Rindu~

"Rindu. Mau kemana?" Sepertinya itu suara Ustadz Ahkam. Aku putar kembali badanku dan ternyata benar. Ustadz Ahkam sudah berada di teras paling depan. "Eh, iya saya," jawabku dengan bodoh sambil menunjuk diri sendiri. Setelah Ustadz Ahkam mengangguk aku mulai mendekatinya.

"Ada apa ya, Ustadz?" tanyaku pura-pura tak mengerti.

"Ada apa?" ulang Ustadz Ahkam. "Kamu ini masih umur 16 tahun sudah pelupa." Aku hanya cengengesan tak jelas.

"Berhubung waktu Isya sudah dekat. Hukuman kamu saya kasih setelah Isya. Awas kalau lupa lagi hukumannya akan semakin berat," perintah Ustadz Ahkam itu terdengar begitu nyaring di telingaku.

Hidupku tak jauh-jauh dari kata hukuman, hukuman lagi hukuman lagi.

Ustadz Ahkam membalikkan badannya hendak pergi aku pun mengikutinya membalikkan badan dan masuk ke masjid. Belum sempat melangkahkan kaki ada suara yang menginterupsiku lagi.

"Rindu," panggilnya. Setalah ku tengok ternyata Ustadz Ahkam lagi yang memanggilku. "Setelah sholat isya kamu langsung saja membersihkan area dalam masjid. Mengerti?" suruh dan tanyanya.

"Mengerti, Ustadz," jawabku sambil menganggukkan kepala.

"Assalamualaikum," pamitn Ustadz Ahkam kemudian benar-benar pergi.

Aku membenarkan jilbabku kebelakang sambil menghela napas. "Huufff..." Lalu menjawab salamnya, "waalaikumsalam."

~Rindu~

Setelah selesai shalat Isya aku benar-benar tidak langsung keluar masjid. Padahal jadwal sekarang adalah makan malam. Perutku sudah sangat keroncongan, bagaimana ini?

"Apa aku kabur saja? Makan malam dulu kemudian balik lagi? Atau gak usah balik lagi? Aduh bingung nih! Mana masjid sepi lagi."

Kabur aja kali, ya. Aku mencoba melihat situasi takut-takut Ustadz Ahkam tiba-tiba ada di depan mata yang ada hukuman aku semakin parah. Dari pintu utama aku tidak melihat siapa-siapa, santri lain pun tidak.

Aku buru-buru keluar masjid sambil tetap mengawasi sekitar. Hingga tiba-tiba aku merasakan membentur sesuatu.

Brughh...

Aku membalikkan badanku melihat apa yang kutabrak. Ternyata aku menabrak seorang laki-laki yang sedang membawa kardus. Aku tidak berani untuk melihat siapa laki-laki ini. Aku memejamkan mataku sambil meringis ketakutan.

Rindu ayo! Berpikir, berpikir dan berpikir! Ayo keluarkan naskah terbaikmu jika ini adalah Ustadz Ahkam.

"Ekhmmm." Orang itu berdehem membuatku semakin takut mendapat hukuman lebih parah.

"Aduh maap Ustadz. Maap-maap gak sengaja Ustadz tadi saya mau ... mau-mau—" Begonya aku kenapa malah mengeluarkan kata 'Ustadz' dan ini lagi kenapa pake acara gagap gini.

Aku mengedarkan pandangan dan melihat ada sapu di bersandar pada pilar masjid. "Saya mau mencari sapu. Iya sapu Ustadz!" seruku dengan senang.

Ustadz itu eh, laki-laki itu eh, ustadz itu eh, siapa pun orang itu dia hanya diam saja. Diamnya menambah rasa takutku. Namun, rasa ingin tahuku sepertinya kali ini lebih besar. Ku beranikan diri mengangkat wajahku sambil perlahan memicingkan mata. Samar-samar kulihat wajah tegas seorang laki-laki, dengan bibir menahan tawa dan saat semakin jelas aku memundurkan tubuhku tak percaya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 31, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Rindu, Bergema Di Pesantren Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang