Marah dan Khawatir

881 74 7
                                    

Jennie telah sampai di depan rumahnya. Gadis itu pun berjalan memasuki rumah dengan hati-hati dan berharap agar Sehun sudah tertidur sejak tadi supaya Sehun tidak sadar jika Jennie sudah pulang larut malam.

Namun sepertinya keberuntungan tidak berpihak pada Jennie karena begitu gadis itu telah memasuki rumah, Sehun sudah berdiri di depan pintu sembari melipat kedua tangannya di depan dada dan jangan lupa jika Sehun menatap tajam ke arah Jennie saat gadis itu membuka pintu.

Jennie yang melihat Sehun berdiri di depan pintu membuatnya terkejut sekaligus takut karena melihat tatapan tajam Sehun kepadanya.

Sehun berdecak keras dan menyeret tangan Jennie serta mendorong Jennie hingga gadis itu terduduk di sofa.

"Kenapa baru pulang?" tanya Sehun dengan dingin dan Jennie semakin takut melihat ekspresi Sehun saat ini

"M-maaf. Tadi gue... Gak bermaksud buat pulang malem sampai jam segini" jawab Jennie takut dan dengan suara lirih

"Gak bermaksud? Lo bilang gak bermaksud? Mungkin lo sengaja. Inget, Jen. Lo itu cewek" pekik Sehun sembari mengapit kedua bahu Jennie.

Beruntungnya ayah dan ibu Sehun sedang berada di London sedangkan para pembantu nya Sehun sedang libur jadi Sehun bisa teriak sepuasnya karena ia juga tak punya tetangga yang tinggal di sebelah rumahnya.

"Lo bilang gue sengaja? Gue tuh gak bermaksud. Kenapa sih lo marah-marah terus sama gue?" emosi Jennie ikut tersulut karena ia tak terima dengan ucapan Sehun

"Seharusnya lo mikir. Gue marah karena gue peduli sama lo. Gue khawatir karena lo pulang malem. Gue takut lo kenapa-napa, dan seharusnya lo sadar" Sehun juga tak bisa menahan emosinya untuk saat ini. Yang ada di hatinya hanyalah rasa khawatir yang besar.

Mendengar ucapan Sehun membuat Jennie jadi tak bisa berkata apa-apa dan tak bisa berbuat apa-apa. Yang bisa Jennie lakukan hanyalah menunduk dan meneteskan air matanya.

"Aarghh... Kenapa sih cewek itu selalu menyelesaikan masalah nya dengan nangis? Gak ada yang lain apa? Gue benci liat cewek nangis" Sehun meremas rambutnya dan mengacak-acak rambutnya. Ia tak bisa berpikir jernih untuk saat ini. Sehun berkacak pinggang dan mengusap wajahnya gusar. Pikirannya sedang kacau saat berdebat dengan Jennie.

Jennie mendongak dan menatap wajah Sehun dengan air mata yang terus mengalir deras.

"Sekali lagi, gue minta maaf Hun" Jennie masih tampak kacau dengan rambut yang sedikit acak-acakan. Jennie mengusap air matanya dengan kasar dan hendak pergi menuju ke kamarnya namun Sehun dengan segera menahan tangan Jennie.

"Lo harus di hukum karena lo gak mendengar ucapan gue sebelum lo pergi tadi" di saat malam seperti Sehun masih sempat-sempatnya memikirkan tentang hukuman yang akan ia berikan kepada Jennie.

"Tapi gak sekarang. Mendingan lo tidur aja" ucap Sehun kepada Jennie. Jennie hanya mengangguk dan pergi menuju ke kamarnya.

Sepeninggal nya Jennie, Sehun tampak diam. Raut wajahnya tak menjelaskan apapun yang ia pikirkan. Sehun menyeringai dan suasananya menjadi cukup seram.

Sehun mengambil kemudian memakai jaketnya dan berjalan keluar di tengah malam seperti ini.

Sehun berjalan melewati setiap perumahan.

Di tengah jalan, Sehun melihat seorang laki-laki yang terlihat seumuran dengan dirinya. Sehun berjalan dengan langkah kaki yang lebih cepat dan menghampiri kali-laki tersebut.

Sehun menepuk pundak laki-laki tersebut dan membalikkan tubuhnya hingga berhadapan dengan Sehun. Sehun tampak menyeringai dan menampakkan gigi taringnya hingga laki-laki tersebut sangat terkejut dan takut.

I am A Vampire // JenHun ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang