16 Tahun, adalah waktu yang cukup lama untuk membuat keadaan seseorang berubah, seperti halnya apa Kongpob alami, belasan tahun di dalam hidupnya hanya di habiskan untuk menyesali masa lalunya. Tidak ada yang bisa pria berkulit Tan itu lalukan, kecuali berharap waktu bisa di putar kembali, untuk memperbaiki keadaan yang dulu sempat kacau tanpa dirinya inginkan.
Jika saat itu Kongpob tahu, hal-hal yang buruk akan terjadi padanya dan juga Krist, mungkin Kongpob tidak akan pernah sekalipun berniat membawa adik kecilnya itu pergi keluar, tidak akan mungkin mengikuti ajakan pria asing itu, tidak akan mungkin bisa meninggalkan Krist seorang diri disana, sendirian tanpa ada satu orangpun yang menemani.
Krist takut gelap, Krist takut sendirian, bagaimana jika hujan turun? Krist tidak suka hujan karena membuat pakaiannya basah, sangat benci mendengar suara petir, dan juga tidak terbiasa dengan orang lain.
Kongpob selalu berpikir siapa yang menemaninya selama dia tidak ada?
Biasanya sang adik akan menghampirinya, dan menampilkan wajah imutnya untuk membantu Krist melakukan sesuatu. Krist akan selalu memeluknya saat petir menggelegar kencang begitu hujan turun, takut jika lampu di rumah mereka akan padam, dan juga takut dengan suara nyaring gemuruh yang membuatnya terkejut sepanjang waktu itu ketika terdengar.
Tetapi itu hanya tinggal kenangan. Kedua orang tuanya bahkan orang-orang di sekitarnya selalu memberikan pengertian jika Kongpob harus merelakan adiknya itu, tetapi sebagai seorang kakak dia merasa gagal menjaga saudaranya sendiri.
Di rabanya selebar kertas usang yang di genggamnya, Kongpob masih ingat bagaimana tepat di hari ulang tahunnya, Krist datang dengan wajah berbinar-binar hanya karena ingin memberikan ini padanya, bahkan Kongpob masih hapal dan ingat dengan jelas bagaimana tangan mungil adiknya menyentuh-nyentuh gambarnya sendiri, mengatakan satu persatu siapa saja yang ada di dalam kertas ini.
Pria itu, memasukkan kertas itu ke dalam sakunya, sembari mengambil kunci mobilnya, hatinya tidak tenang jika Kongpob hanya berdiam diri di sini saja. Semuanya mengingatkannya pada Krist, apalagi saat ini dia sedang ada di kota di mana Kongpob kehilangan sesuatu yang paling berharga di dalam hidupnya.
Begitu Kongpob keluar dari kamarnya, para stafnya yang tadi sibuk mengobrol dan bercanda ria, terdiam dan seolah tidak melakukan apapun. Di langkahkan kakinya menuju ke arah luar vila. Bisa Kongpob lihat ada asistennya yang tengah mendudukkan diri pada ayunan, tanpa ada satu orangpun yang menemaninya.
Saat melihat bossnya keluar dari vila, pria manis itu langsung menghampiri Kongpob, sedangkan yang di hampiri hanya menampilkan wajah datarnya.
"Mau kemana, Pak?"
Kongpob tidak mengindahkan apa yang pria itu katakan, melihat bossnya begitu dingin sang pria manis tadi hanya mengangkat kedua bahunya. Padahal tadi dia hanya ingin bertanya saja, tetapi memang seperti inilah bekerja untuk seorang Kongpob, tatapan dingin pria tadi sudah menjadi makanan sehari-hari bagi para stafnya itu.
Namun saat si pria manis tadi membalikan badannya untuk pergi, suara berat seseorang yang jarang sekali terdengar keluar itu, menyapa indera pendengarannya.
"Arthit...."
Ketika namanya di panggil seseorang tentu saja otomatis pria manis tadi berbalik, dan tersenyum manis pada atasnya itu.
"Iya, Pak."
"Bisakah kau mengendarai mobil ini?"
"Bisa."
Mendengar itu, Kongpob keluar dari kursi kemudi, mendudukkan dirinya di kursi belakang, menatap ke arah sekelilingnya. Merasa jika Kongpob tidak akan bisa fokus untuk menyetir disini, lebih baik menyuruh orang lain untuk menyupirkan mobilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[27]. ETHEREAL : Unforgettable
Fanfiction[ completed ] Ketika kedua kakak beradik yang sudah terpisah sangat lama bertemu kembali ketika mereka dewasa. apakah sang kakak masih bisa mengenali sang adik yang masih mengharapkannya? Warning ! Cerita ini mengandung unsur Yaoi / Boyslove / Boyx...