Hari itu, sama seperti sebelumnya. Arthit berjalan di belakang sang atasan mengekori kemanapun Kongpob pergi, seperti anak ayam yang takut terlepas oleh induknya, saat keduanya ingin melakukan pemotretan pada sore ini.
Kongpob menatap ke arah Arthit yang terlihat sangat kerepotan membawa banyak barang di tangannya, tidak mau ada satupun barangnya yang terjatuh. Pria berkulit Tan itu mengambil beberapa yang bisa di bawa olehnya, tanpa mengatakan apapun pada Arthit.
"Tidak perlu aku bisa membawanya."
"Jika ada yang terjatuh atau rusak kau akan aku pecat!"
Kongpob tidak mempedulikan Arthit, yang di perdulikan ialah peralatannya, lagipula kenapa dia harus membawa itu sendirian, padahal yang lain ada untuk membantu, bukankah itu bodoh.
Sedangkan Arthit yang mendengar itu, langsung membiarkan pria berkulit Tan tadi membawa sebagian apa yang Arthit pegang dari tadi. Sepertinya Kongpob memang sentimen padanya, selalu berpikiran negatif jika itu menyangkut Arthit, dasar pria aneh.
Begitu keduanya sampai di depan lift, bukannya masuk bersama dengan atasannya ke dalam sana, Arthit justru lebih memilih naik tangga darurat.
"Kau mau kemana?"
"Naik ke atas."
"Kenapa kau berjalan ke sana?"
"Aku tidak suka naik lift."
Lagi-lagi tingkah Arthit benar-benar membuat Kongpob kesal, ada cara yang mudah untuk sampai ke lantai yang mereka tuju tetapi pria itu justru menaiki tangga.
"Cepat kesini!"
Arthit menggelengkan kepalanya, tidak mau melakukannya, saat Kongpob ingin menghampirinya. Pria manis itu justru lari ke arah tangga darurat tanpa mengindahkan panggilan Kongpob, membuat sang atasan itu menatap ke arah Arthit dengan tidak percaya, ada apa dengan pria itu, kenapa aneh sekali.
_________
Sementara itu di tempat lain, Arthit melangkahkan kakinya perlahan menuju lantai 10 gedung ini, dan pastinya perjalanan kali ini cukup melelahkan, tetapi di bandingkan naik beda itu yang terlihat menyeramkan, ini adalah pilihan terpintar yang pernah ia lakukan, meskipun baru beberapa anak tangga saja yang di lalui olehnya membuat Arthit lelah.
Hidup ini memang tidak mudah, selalu saja menyusahkan dia, di tambah lagi dengan Kongpob yang super mengesalkan itu, hidup Arthit menjadi dua kali lipat lebih rumit.
Setelah perjalanan yang panjang, dengan nafas terengah-engah Arthit melangkahkan kakinya mencari ruangan tempat sang atasan melakukan pemotretan, dan bisa Arthit lihat jika Kongpob tengah berdiri di depan sebuah pintu, dengan melipat kedua tangannya di dada. Iris mata pria berkulit Tan itu berubah menjadi tajam, begitu melihat Arthit yang baru datang menghampirinya.
"Kau tahu aku tidak punya banyak waktu, kenapa kau lama sekali? Kau hanya membuang-buang waktuku saja untuk hal yang tidak penting, untuk apa kau naik tangga jika disini ada lift."
"Aku minta maaf."
Kongpob berang dengan tindak tanduk Arthit yang selalu saja berhasil memicu emosinya, tetapi Arthit tetaplah seseorang yang ketika Kongpob memarahinya hanya memasang wajah polosnya, seolah mengerti apa yang tengah di bicarakan sang atasan, seolah mendengarkan dan tidak akan mengulanginya lagi, meskipun sebenarnya Arthit tidak memperdulikannya. Semua yang di ucapkan oleh Kongpob sebenarnya menguar begitu saja pada dirinya.
"Phi apa masih lama lagi?"
Seseorang pria asing keluar dari dalam ruangan, sembari menatap Kongpob dan juga Arthit yang tengah berbincang di luar.
KAMU SEDANG MEMBACA
[27]. ETHEREAL : Unforgettable
Fanfiction[ completed ] Ketika kedua kakak beradik yang sudah terpisah sangat lama bertemu kembali ketika mereka dewasa. apakah sang kakak masih bisa mengenali sang adik yang masih mengharapkannya? Warning ! Cerita ini mengandung unsur Yaoi / Boyslove / Boyx...