Jari-jari lentik tangan seseorang itu mengetuk-ngetuk meja kerjanya sembari menopangkan dagunya menggunakan tangannya, seraya memasang wajah lelah bahkan bibirnya mengerucut lucu. Untuk apa Arthit ada di sini, sementara dirinya tidak mengerjakan apapun, apa yang dirinya harus lakukan sudah selesai. Haruskah Arthit pulang ke rumah?
Tatapan pria manis itu menatap ke arah ruangan Kongpob yang masih tertutup, jika Arthit pergi tidak apa-apakan? Lagipula hari ini tidak ada jadwal pemotretan, tidak mungkin juga dirinya ada di sini seharian tanpa melakukan apapun seperti seseorang yang makan gaji buta. Meskipun Arthit akui jika selama beberapa hari ini dirinya bekerja sesukanya, yang terpenting tidak ada menimbulkan kerugiankan?
Arthit hanya mau Kongpob memecatnya dan sudah hidupnya akan aman lagi, meskipun dirinya membutuhkan pekerjaan, akan tetapi Arthit tidak nyaman bersama dengan pria itu. Kongpob terlalu baik padanya, hingga Arthit kadang merasa kesal sendiri, karena tidak bisa bersikap jahat jika Kongpob baik.
Sebuah sentuhan hangat menyentuh bahunya, membuat Arthit menengokkan kepalanya ke depan, menatap Kongpob yang berdiri tepat di sana.
"Kenapa masih disini, ayo makan siang."
Ekor mata Arthit menatap ke arah jam digitalnya, "Pergi saja sendiri sana."
"Aku mengajakmu makan siang bersama."
"Saya tidak mau."
"Kenapa tidak mau?"
"Kenapa juga saya harus menjawab anda?"
"Aku atasan mu kau wajib menjawab apa yang aku tanyakan."
"Alasannya simpel, saya tidak mau pergi dengan anda."
Kongpob berdecak kesal mendengar hal alasan Arthit, bagaimana Kongpob bisa memperbaiki keadaan jika Arthit selalu saja menutup jalan itu, mau tidak mau Kongpob harus memaksa pria manis itu untuk ikut dengannya. Tidak ada cara lain.
"Tapi aku mau dan kau tidak bisa menolakku. Ayo pergi."
"Tidak mau."
"Aku tidak menerima penolakan!"
Arthit memutar bola matanya malas seraya bangkit dari tempat duduknya, mengekori Kongpob yang sudah berjalan lebih dulu. Apa yang harus dirinya lakukan untuk mengenyahkan Kongpob dari hidupnya, haruskah Arthit mendorongnya jatuh dari lantai atas ini ke bawah.
"Kenapa kau selalu naik tangga darurat? Untuk apa?"
"Memang apa urusan anda."
"Naik ini lebih cepat."
"Saya tidak peduli."
Dengan cepat Arthit berjalan meninggalkan Kongpob yang menunggu lift, tidak mengindahkan panggilan pria itu, membuat Kongpob hanya bisa bersabar dengan semua kelakuan sang adik.
*
Hanya dentingan peralatan makan yang beradu dengan piring terdengar di antara keduanya, tidak ada yang lainnya lagi. Arthit maupun Kongpob lebih memilih untuk diam, tidak mau menatap satu sama lain. Kongpob yang sudah tidak bisa hanya diam saja menahan keheningan ini akhirnya menjadi orang pertama yang membuka suaranya.
"Kenapa dari tadi kau hanya mengaduk-aduk makananmu? Tidak suka? Kita bisa pergi ke tempat lain."
"Kenapa anda berubah menjadi baik pada saya?"
"Tidak ada alasan apapun."
"Tidak ada? Jika anda mengganggap saya orang lain atau apapun itu, lebih baik buang semua khayalan anda itu, karena saya bukan orang yang anda maksud."
KAMU SEDANG MEMBACA
[27]. ETHEREAL : Unforgettable
Fanfic[ completed ] Ketika kedua kakak beradik yang sudah terpisah sangat lama bertemu kembali ketika mereka dewasa. apakah sang kakak masih bisa mengenali sang adik yang masih mengharapkannya? Warning ! Cerita ini mengandung unsur Yaoi / Boyslove / Boyx...