22

184 13 0
                                    

Semakin malam hawa dingin semakin terasa menusuk sampai ke tulang, langit malam yang sepi tanpa Bintang karena tertutup awan malam, membuat suasana semakin dingin.

"Hhhh....." Bintang menggosok tangannya yang terasa dingin ,padahal dia sedang duduk tak jauh dari api unggun kecil yang di buat Digo beberapa menit lalu depan tenda.

"Bayu..... lo di tenda?"  Bintang meninggikan suaranya .

"Gak usah teriak-teriak juga kali" sahut Bayu dari dalam tenda, tapa ia sadari ia juga berteriak?

Bintang mendengus kesal. "cepatan lo kesini ,ambilin jaket tebel gua...."

"Bukannya lo udah pake sweater?"

"Ia .... lo gak usah banyak tanya cepet..."

Tak lama Bayu keluar dari tenda membawa jaket tebal berwarna hitam ,ia duduk di sebelah Bintang menghadap api unggun.  "kenapa gak masuk tenda aja sih di luar dingin. "

"di dalem tenda gerah." ujar Bintang sambil mengenakan Jaket nya.

"Dalam tenda gerah? ,Diluar lo kedinginan? Aneh banget "Bayu membenarkan api yang sebentar lagi aka padam karena kayu telah hampir habis dilalap api.

"Ini api nya udah mau padam" ujarnya.

"Terus?" Bintang melirik tajam ke arah sahabatnya.

"Lo ambil kayu yah di pos kayu bakar ya?" Bayu tersenyum dengan kekehan bodoh nya.

"Males ah gua. "

"Laaah kan tadi yang bikin api unggun nya gua ama Digo ,sekarang gantian dong. "

"Gua gak salah denger nih? Gua lihat tadi yang bikin ni api unggun si Digo ,gua gak lihat lo."

"Gua juga bantu.... bantu doa " ujarnya melemah di akhir kalimat.

"Yang diriin tenda gua ama si Digo, yang buat api unggun si Digo , gua rasa lo deh sekarang yang pantas pergi tuh ngambil kayu."

"Bi gua lagi sakit nih ,lihat wajah gua aja masih bonyok..." ujar Bayu sambil memamerkan wajah bonyok nya.

Bintang menatap wajah sahabatnya itu intens.
"masih sakit gak?"

"Masiiiiih" Bayu mengangguk-anggukan kepalanya seperti orang bodoh ,berharap Bintang mau mengalah dengannya namun....

"SUKURIN...." ujar Bintang singkat ,setelah itu di kabur berlari sambil merapatkan jaketnya tanpa memperdulikan wajah Bayu yang memerah.

"BINTANG.... awas ya lo.... ini juga gara-gara lo...!!" Bayu meneriaki sahabat laknat yang sudah tak terlihat itu ,namun ia langsung menutup mulutnya dengan tangannya, merasa salah dengan kalimatnya barusan.

"Dia dengar gak ya? Bi sorry...."
Lirihnya ,meskipun kata-katanya terdengar seakan bercandaan tapi jika terdengar oleh telinga Bintang dia pasti akan sangat merasa bersalah ,Bayu sudah sangat hafal dengan sifat sahabatnya.

Kini Bintang sedang berada dimana segunung kayu bakar kering telah di sediakan oleh panitia ,biasanya peserta perkemahan mencari kayu bakar sendiri ,namun kali ini berbeda karena ranting-ranting pohon yang berjatuhan di hutan pinus, cenderung basah sisa hujan kemarin.

Tangannya sibuk memilih milih kayu yang tidak terlalu besar, dan juga tidak terlalu kecil ,agar tidak sulit untuk di bakar namun tidak cepat habis terbakar.
Setelah selesai memilih ,dia merapikan lalu mengikat kayu  yang ia dapat dengan erat setelah itu memanggulnya dibahu kanannya.

Namun belum sempat ia berjalan, seseorang menabraknya membuat kayu yang tengah ia panggul terjatuh begitu saja ,hampir mengenai kakinya sendiri.

"Lo jalan hati-hati bisa gak!?" Ujar Bintang tak terima, laki-laki tinggi itu memakai jaket dengan tutup kepala yang hampir menutupi sebagian wajahnya.

Thanks Brother✔ (Belum Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang