"Bi...! Laptop gue hilang!" Pajar berjalan kesana kemari dengan panik. Mereka baru saja akan pulang dari rumah sakit, tapi sedikit terkendala karena Pajar baru menyadari laptop miliknya telah hilang.
"Lo gimana sih? Coba lo inget-inget lagi." Ujar Bintang sambil mengemas barang-barang yang ia gunakan selama di rumah sakit dengan susah payah, karena posisinya yang kini duduk diatas kursi roda.
Sedangkan Pajar malah semakin panik berjalan kesana kemari, ia bahkan tidak menyadari adiknya yang kesusahan.
"Gua gak ingat, bahkan gua gak ingat terakhir kali gua megang itu laptop!" Pajar mengacak rambutnya frustasi.
"Pokoknya gua gak mau pulang sebelum laptop gua ketemu." Putusnya."Loh kok gitu! Gak bisa gitu dong! Gua bosen disini kak, lagi pula belum tentu juga kan laptop lo hilang disini, siapa tahu ada di rumah!" Ujar Bintang tak terima.
Tiba-tiba Pajar menghampiri Bintang, ia menelisik wajah adiknya.
"Atau jangan-jangan lo yang ambil! Lo sembunyiin laptop gua, lo mau nge prank gua?""Gak! Ngapain gua ambil laptop lo, gak ada gunanya."
"Bi, kembalikan laptop gua, itu laptop penting banget di dalamnya ada tugas-tugas kuliah gua!"
"Memangnya lo gak masukan ke flash disk!?"
"Tu kan lo nanya kayak gitu, berarti lo yang ambil, kembalikan bi gua mohon." Pajar berdiri dengan lututnya di hadapan adiknya lalu ia menyatukan kedua telapak tangannya di depan wajah Bintang sebagai permohonan.
Bintang sadar ia telah salah berbicara.
"Bukan!Gua gak ambil laptop lo, suer.""Bi, kalau lo emang butuh laptop bilang sama gua, gua pasti kasih, gua belikan lo laptop yang paling bagus!"
"Ngomong apaan sih lo! Udah ah gua mau pulang." Bintang memutar roda pada kursi yang ia duduki.
"Bi... laptop gua gimana? Itu barang penting, bi tunggu!"
Bintang tak menggubris teriakan kakaknya itu, ia malah semakin mempercepat laju kursi roda nya.
"Kalau sampai laptop gua gak ketemu, habis riwayat gua!" Sepanjang perjalanan pulang Pajar tak henti membicarakan perihal laptop nya yang hilang.
"Udah lo gak usah banyak ngomong kalau lagi menyetir, yang ada nanti kita balik lagi ke rumah sakit, mau lo?"
"Ya nggak mau lah! Tapi masalahnya itu laptop penting."
"Ya udah diem makanya, kalau tu laptop jodoh sama lo pasti bakal balik lagi." Bintang menyandarkan kepalanya pada sisi jendela yang tertutup lalu memejamkan matanya sejenak. Saat ini ia merasa suasana hatinya berbeda dari hari-hari biasanya, akhir-akhir ini ia lebih sering merasakan sakit yang tak tertahankan, walaupun ia masih bisa menahan tapi tetap saja kali ini berbeda. Jika biasanya ia menahan rasa sakit dengan pemikiran positif yang selalu ia jadikan pijakan, tapi kali ini itu semua hilang. Kali ini ia menahan sakit sampai-sampai rasanya ia ingin menangis karena rasa sakit yang tak tertahankan, tidak ada lagi pemikiran positif nya, tidak ada lagi sikap optimis nya, Bintang tidak tahu mengapa, ia hanya ingin terbebas dari rasa sakit fisik maupun psikis nya karena jujur saja kisah orang tua nya masih sangat terasa menyakitkan baginya. Ia ingin terbebas dan ingin melihat kakaknya bahagia.
"Bi."
"Hmm."
"Lo gak papa kan?"
"Gua baik, selalu dalam keadaan baik." Ujarnya tanpa mengalihkan pandangan dari jalanan yang tampak sepi, tiba-tiba matanya terasa memanas, bibirnya tersenyum getir ketika mobil yang ia tumpangi melewati jalanan saat dimana ia melihat wanita bernama Saras itu. Seketika ingatannya kembali berputar, ia teringat saat berlari mengejar wanita di dalam mobil taksi, saat itu ia benar-benar bahagia karena orang yang selama ini ia tunggu akhirnya kembali, ia kira setelah itu hidupnya akan berubah, penantiannya akan mendapat balasan. namun tidak dapat di dipungkiri bahwa ketika wanita yang ia kira mamanya itu menghindarinya hatinya benar-benar hancur. Ia malah menyalahkan kakaknya, padahal ia sadar bahwa dirinya marah karena ia tidak dapat menerima kenyataan. Ia kembali berfikir, mengapa ia tidak menyadari saat pertemuan sesaatnya itu. Jelas-jelas wanita itu menghindarinya, wanita itu terlihat takut padanya.
"Kak, gua gak mau lagi tinggal di rumah itu!"
"Apa?" Pajar tak mampu menyembunyikan keterkejutannya, ia menghentikan mobil yang ia kendarai secara mendadak.
"Gua bilang gua gak mau lagi tinggal di rumah itu! Buat apa lagi gua tinggal disana? Dari awal gua bertahan tinggal di rumah itu karena gua masih nunggu wanita itu! Tapi ternyata itu semua sia-sia, gua merasa jadi orang bodoh. Sekarang gak ada alasan lagi buat gua tinggal dirumah itu." Dengan cepat Bintang mengusap matanya yang mulai terasa basah.
Saat itu juga Pajar memeluknya erat, ia tidak biasa melihat adiknya menangis seperti ini.
"Lo tenang, lo bilang sama gua kemarin kalau lo mau lupain semuanya kan?"Bintang menarik tubuhnya dari pelukan kakaknya, ia menghela napas berat lalu kembali mengusap mata berair nya dengan punggung tangannya.
"Aishh, lo bener seharusnya gua gak kayak gini." Bintang mengacak rambutnya sampai acak-acakan.Senyum Pajar merekah setelah melihat tingkah Bintang yang suasana hatinya gampang sekali berubah. Tapi hatinya berdenyut sakit ketika menyadari bahwa semakin hari adiknya terlihat tak mampu lagi menyembunyikan rasa sakitnya."Kita ambil dulu barang-barang di rumah itu setelah itu kita pindah ke apartemen gue." Pajar mengusak rambut berantakan Bintang setelah itu kembali melajukan mobilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Thanks Brother✔ (Belum Revisi)
Novela JuvenilKisah seorang pemuda penderita kanker dengan harapan terbesar nya bertemu dengan ibu nya, ia ingin kembali merasakan belain lembut tangan itu, untuk terakhir kalinya. Namun sebuah kenyataan langsung menghancurkan segalanya. Sampai pada saat ia mera...