Anak yang baru menginjak usia empat tahun itu turun dari ranjangnya saat merasa kerongkongan nya kering, ia haus.
Kaki kecilnya melangkah perlahan, sesekali ianamun menguap sambil menucek matanya yang terasa berat, saat hendak menuruni tangga ia melihat tante Saras dan om Badar keluar dari kamar Mamanya, tante Saras membawa adiknya. Lalu dengan polosnya ia menghampiri kedua orang itu melupakan niatnya untuk menghilangkan rasa haus.Badar dan Saras mematung di tempat saat Pajar menghampiri mereka dengan tenang.
"Tante sama om sedang apa? Kenapa sama adik aku? Apakah dia menangis?"
Tanya nya sangat polos, sudah tahu adiknya sedang tertidur pulas.Badar dan Saras saling melempar pandangan memberi isyarat. Badar berjongkok mensejajarkan tubuhnya, ia mengusak rambut anak empat tahun itu.
"Kenapa kamu bangun?"
Tanya Badar sedikit berbisik."Aku aus, tapi pas aku lewat liat om sama tante."
"Oooh haus, yaudah biar om yang buatin minuman yang segar buat kamu ya, sekarang kamu masuk lagi kekamar, nanti om anterin ke kamar kamu ya." Ujar Badar sangat halus.
"Ya sudah, makasih ya om..." Pajar mulai melangkah pergi tanga kecilnya mengucek matanya sekali lagi yang terasa memberat, namun langkahnya bukan kekamar nya melainkan ke arah kamar mamanya.
Langkah kecilnya terhenti saat merasa tubuhnya di tahan oleh tangan Badar."Kenapa om?" Tanyanya dengan tangan masih mengucek matanya, sesekeli ia menguap karena memang ini bukan waktunya ia bangun, mana ada anak empat tahun bangun pukul 02:15, sepagi ini.
"Lebih baik Pajar kembali tidur di kamar Pajar aja ya."
"Tapi om, aku mau tidur bareng mama."
"Nanti mama kamu bangun kasihan, mama lagi sedih"
"Justru karena mama lagi sedih makanya aku harus temenin."
Saras memutar bola matanya jengah. Tanpa berpikir panjang dengan kasar Saras menyeret tangan Pajar menuju kamar nya semula. Pajar berteriak Karena ketakutan, namun Badar langsung menutup mulut anak empat tahun itu dengan kain yang sengaja ia bawa, Pajar berusaha melepaskan cengkraman tangan dewasa mereka, namun usahanya sia-sia.
"Diam kamu anak sialan, atau aku akan membunuh mu!" Saras menodongkan sebilah pisau. Badar yang masih membekap Pajar sedikit terkejut, ia merasa Saras sudah melampaui batas, tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa selain menuruti kemauan istrinya itu. Badar merasa seperti orang bodoh saat ini.
Seketika Pajar menangis tubuh mungilnya bergetar hebat ia ketakutan, jika Badar melepaskan bekapan pada mulut mungilnya pasti anak itu menangis sangat kencang.
"Bagaimana ini?" Badar menatap manik mata istrinya lekat. Tidak itu bukan Saras, tatapan nya berbeda, dia seperti bukan Saras yang ia kenal. Saras tak mengeluarkan suara, satu tangannya masih menggendong Bintang yang tertidur pulas.
"Apa yang kalian lakukan!?"
Badar membelalakan matanya melihat Wida kini dihadapannya ,ia berfikir ini akan menjadi masalah besar sedangkan Saras berbalik menatap Wida dengan tatapan menusuk tanpa rasa takut, Saras malah semakin menodongkan Pisau tajam hampir menyentuh leher Pajar.
"Jangan mendekat atau dia akan ku bunuh!" Ujar nya dingin.
Wida membeku di tempat, apa yang terjadi? Ada apa ini? Pertanyaan besar menjamah isi kepalanya. Akhirnya ia sadar dengan segala keadaan ini, cairan bening menggenang pada pelupuk matanya setelah menyadari semuanya.
"Kau membohongi ku!?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Thanks Brother✔ (Belum Revisi)
Teen FictionKisah seorang pemuda penderita kanker dengan harapan terbesar nya bertemu dengan ibu nya, ia ingin kembali merasakan belain lembut tangan itu, untuk terakhir kalinya. Namun sebuah kenyataan langsung menghancurkan segalanya. Sampai pada saat ia mera...