23

184 13 0
                                    

Pukul 21:30.

sudah beberapa kali Pajar melihat jam tangan yang ia kenakan ,sesekali ia melirik ke arah pintu transparan kafe,dia jengah menunggu,dia sudah tidak sabar ingin mengetahui kebenaran yang sebenarnya,ia melihat sekeliling tak banyak pengunjung malam ini. Hanya ada beberapa pengunjung yang tengah mengobrol sambil meminum kopi panas, dan di sudut kafe sepasang kekasih sedang bermesraan tak kenal tempat?.

Pajar menghembuskan nafas jengah,dia menyandarkan tubuhnya pada kursi dengan tangan terlipat didepan dada ,apa dia tidak akan datang? Entahlah, sejenak perasaannya tidak tenang seperti ada sesuatu yang mengganjal,dia kepikiran adiknya ,apa dia baik-baik saja? Pajar merogoh saku celananya mengambil handphone untuk menghubungi adiknya, mungkin dengan mengetahui keadaan adiknya itu akan membuatnya merasa lebih baik ?.

"Gak aktif?! Gak biasanya tu anak " setelah usaha menghubungi adiknya tidak membuahkan hasil dia akhirnya memutuskan untuk menghubungi Digo ,mungkin handphone Bintang low bat ?.

"Hallo...." Pajar menghela nafas lega setidaknya ada orang yang bisa ia tanyai keadaan adiknya.

"........."

"Nggak, tadi gua nelfon Bintang tapi handphone nya gak aktif, gua mau ngomong sama dia".

"........."

"Kemana?"

"........."

"Tapi dia baik-baik aja kan?"

"........."

"gua agak kepikiran aja...."
Pajar sedikit meringis mendengar suara tawa di seberang telepon pasti sahabat adiknya ini diam-diam mengejeknya,karena terlalu berlebihan.
"Oke kalau gitu nanti lo bilangan sama Bintang kalau tadi gua nelfon, dan suruh dia aktifin handphone nya...." sambungnya

"........"

Setelah itu panggilan terputus , setidaknya ia merasa sedikit lega setelah mendengar bahwa adiknya baik-baik saja. Digo juga berkata bahwa adiknya yang tidak mau diam itu sedang mengambil kayu bakar. Dengan kata lain dia baik-baik saja tidak ada yang perlu di khawatir kan.

Pajar memang tidak membatasi langkah adiknya asalkan dia bisa menjaga diri dan tahu batasan dan Pajar percaya itu ,namun tetap saja sebagai kakak dia sadar bahwa penyakit adiknya bukanlah penyakit yang dapat sembuh dengan sekali minum obat. Dia sudah sangat hapal bagaimana penyakit itu menggerogoti tubuh Bintang. sampai Bintang berhasil melawan penyakit mematikan itu dia dinyatakan sembuh ,namun belum puas Bintang merasakan kebebasan,kanker itu kembali memblokir kebebasan Bintang, bahkan dokter Farhan yang sudah menjadi dokter yang menangani Bintang sejak kecil , pernah berbicara pada Pajar, bahwa kanker kali ini akan lebih ganas dan itu mengguncang ketenangannya,dan setelah kembali mengingat hal itu kini dia benar-benar khawatir.SANGAT.

Pajar meremat meja saat
Orang yang tengah ia tunggu akhirnya datang, entahlah rasanya sesuatu tak kasat mata mengoyak hatinya secara brutal,namun ia berusaha tenang ia tersenyum pahit menyambut kedatangan mereka.

Badar tidak sendiri melainkan bersama seorang wanita paruh baya,wanita itu memakai dress panjang terlihat anggun, dan itu cukup membuat Pajar terkejut akan kedatangan wanita penipu itu,padahal ia hanya menghubungi Badar.

"Anda terlambat...." Pajar akhirnya memulai percakapan setelah beberapa menit keheningan menyelimuti tempat mereka duduk, meskipun bisa dibilang bukan ungkapan yang baik untuk memulai suatu percakapan tapi, itu tidaklah penting,yang terpenting adalah ia mendapatkan kebenaran hanya itu saja.

"Dari nada bicara mu, ternyata kamu sudah mengetahui semuanya" ujar Badar yakin,setelah mendengar kata Anda yang terselip pada kalimat pemuda di hadapannya ,ia tahu sebenci apapun Pajar terhadapnya ia masih tetap menghormati nya namun kali ini berbeda,untuk pertama kalinya ia merasa enggan berhadapan dengan nya.

Pajar memandang intens papanya... ralat,sebut saja papa palsunya ,itulah yang dipikirkan Pajar saat ini,setelah itu matanya beralih pada Perempuan setengah baya yang duduk di samping Badar. Kepalanya menunduk enggan bertatap muka dengan pemuda dihadapan nya.

"Saya gak nyangka anda akan datang." Pajar tersenyum miring, menundukkan kepalanya sekilas lalu kembali menatap tajam manik mata wanita yang kini telah membalas tatapan nya  itu tanpa ragu "padahal saya hanya menghubungi..." dia menghela nafas berat "akkh... sudah lah itu tidak penting..."

"Kau telah ingat semua nya?Kau akan memenjarakan kami?" Tanya Saras tiba-tiba, tangan bergetarnya terulur hendak menyentuh tangan pemuda yang menatapnya tajam tanpa ampun, pelupuk matanya berair ia ketakutan hanya dengan melihat tatapan menusuk Pajar.

Sepersekian detik Pajar tertegun ,hatinya sedikit berdenyut dengan perlakuan Saras,namun ia tersadar lalu segera menepisnya  dengan cepat.Saras tersentak lalu segera menurunkan tangan nya, sedikit kesal entahlah emosinya akhir-akhir ini tidak stabil.

"Kamu tahu semuanya? Darimana?" Timpal Badar ia mendengus di akhir kalimat.

Pajar terkekeh
"itu tidak lah penting, lagipula disini saya tidak ingin membahas hal itu.saya hanya ingin menawarkan sebuah kesepakatan." ujarnya tanpa bertele-tele ,ia menyeruput es kopi yang tadi di antarkan Dede tanpa ia pesan. Sebenarnya sekarang ini ia berusaha menenangkan diri, melihat orang yang telah menipunya selama bertahun-tahun siapa yang tidak gatal dengan tangannya sendiri, namun ia harus bisa mengendalikan diri agar tidak mengambil keputusan yang salah.

"Penawaran?" Saras mengerutkan keningnya,tak menyangka pemuda di hadapannya ini memiliki jalan pikiran yang berbeda dengannya, ia fikir Pajar akan langsung menjebloskan nya ke dalam jeruji besi mimpi buruk baginya,tapi Pajar? Pemuda itu malah memberikan penawaran? ia tidak boleh terlalu senang dulu.

Pajar menelan salivanya yang entah kenapa kali ini terasa seperti menelan besi berkarat dengan paksa.
"Saya yakin kalian sangat tertarik dengan penawaran emas saya"

"Tunggu dulu ,apa yang sebenarnya sedang kau rencanakan...." Badar angkat bicara ,ini diluar perkiraannya apa pemuda dihadapan nya ini sedang menjebak nya.

"Apalagi yang kalian harapkan!? Jangan kalian kira saya tidak mempersiapkan sesuatu sebelum bertemu dengan penipu besar seperti kalian...!? Saya bukan anak kecil yang ceroboh ....!"
Pajar mengangkat handphone nya "semuanya ada DISINI... Saya bisa dengan mudah membuat kalian membusuk dalam jeruji besi".

Yang ada di fikiran Pajar hanya satu yaitu Bintang, dia tidak bisa membayangkan bagaimana adiknya mengetahui bahwa orang yang selama ini ia cari selama bertahun-tahun,yang ia anggap sebagai IBU ternyata adalah pembunuh dari ibu kandungnya.


Sebenarnya ini adalah keputusan yang SANGAT  sulit baginya melepaskan mereka begitu saja ? Orang-orang yang telah menghancurkan keluarganya ,tapi tidak ada pilihan lain ini demi adiknya,Pajar tidak ingin terjadi sesuatu pada adiknya, sungguh ,SUNGGUH Bintang adalah alasan nya tetap bertahan.


Thanks Brother✔ (Belum Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang