PPI 47"

21.1K 976 71
                                    

ALWAYS














Klik tanda bintang sebelum baca and aku cape ingetin buat selalu baca wall aku tiap kali aku gak up jadi maaf ya kalau aku gak jawab lagi pertanyaannya yang isinya, kok lama up? Kok part sekian hilang? Makanya aku selalu ingetin cek wall aku.












Happy Reading.










*Sorry for typo.

♨♨♨

Sepeninggal James maka Nadine kembali menuju meja makan dengan langkah lemas dan lemah. Ia hanya bermaksud meminta ijin keluar rumah untuk membeli bahan makanan serta mengunjungi Clara tapi suaminya itu bahkan tidak mau mendengar sedikitpun ucapannya.

Tubuhnya semakin terasa lemah sekarang. Ia sangat lelah selama sebulan ini walau dulu terbiasa tapi tetap ada yang berbeda. Ketika mereka masih hidup sederhana ia memang terbiasa mengerjakan pekerjaan rumah serta menyiapkan segala kebutuhan suaminya tapi juga ia melakukan itu selalu dibantu oleh sang suami tapi sekarang semua harus ia lakukan sendiri terlebih ia juga harus menyuguhkan dirinya setiap malam hingga menjelang pagi untuk dinikmati oleh suaminya.

Nadine memaksa tubuhnya bekerja siang dan malam setiap hari. Disaat tubuhnya terasa menggigil seperti sekarangpun ia tetap memaksakan untuk tetap bekerja dirumah suaminya itu.

Nadine tak menyentuh sedikitpun sarapannya. Ia hanya mengambil segelas air putih sebelum kembali menuju kamar.

"Nyonya," panggil seorang artnya diluar pintu kamar.

Nadine mendengus pelan sebelum bangun dari berbaringnya. Baru lima menit ia berbaring setelah selesai mencuci dan menjemur pakaiannya dan suaminya tapi artnya sudah memanggil.

"Ada apa bi?" tanya Nadine lemah setelah membuka pintu kamar dan melihat artnya berdiri memandangnya.

"Nyonya sakit? Wajah nyonya pucat sekali?" Sang art malah mencemaskan sang majikan melihat betapa lemah dan pucatnya wajah Nadine.

"Tidak papa. Aku hanya kurang enak badan saja nanti juga sembuh. Ada apa bibi mencariku?"

"Saya hanya ingin mengingatkan kalau bahan makanan didapur dan isi kulkas sudah kosong nyonya,"

Nadine meringis kecil ketika mengingatnya. Bukan ia sengaja lupa hanya saja karena kondisi tubuhnya yang kurang sehat membuatnya seketika tak memikirkan kebutuhan dapur rumahnya.

Nadine beranjak kembali masuk kedalam kamar lalu membuka laci nakas mengambil kertas catatan serta uang dalam amplop yang memang sudah ia siapkan tadi malam.

"Bibi tolong beli semua yang ada dicatatan ya, ini uangnya," perintah Nadine setelah menyerahkan lembar catatan belanja serta uang pada sang art. "Oh ya, tolong juga beli ayamnya lebihkan dua ekor karena tadi suamiku ingin dibuatkan adobo untuk makan malam," sambungnya mengingat pesanan sang suami.

"Baik nyonya, tapi sebelum saya pergi apa nyonya butuh sesuatu? Tadi saya liat nyonya tidak sarapan? Apa perlu saya telpon tuan untuk memanggil dokter?" Cemas sang art melihat kondisi Nadine.

"Gak bi. Jangan. Jangan kasih tau James. Aku cukup minum obat nanti juga sembuh sakitnya," tolak Nadine cepat karena ia tak mau mengambil resiko apapun jika James tau kondisinya.

Nadine takut James akan lebih menyiksanya. Entah kenapa pikiran Nadine seakan terdokrin bahwa James akan selalu menyiksanya tanpa peduli keadaannya.

Pengantin Pengganti (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang