PPI 2*

32.7K 1.7K 29
                                        

ALWAYS




























Klik tanda bintang sebelum baca and don't forget to comment okey...





















Happy Reading.




















* Sorry for typo.

🐣🐣🐣

Acara pernikahan sudah selesai. Dimana pada penutup kalimat kalian sah menjadi suami istri maka James diharuskan mencium Nadine. Gadis yang sekarang berstatus istrinya. Taukah kalian itu adalah salah satu moment bersejarah dalam hidup James yang tak akan pernah ia lupa. Karena itu adalah ciuman pertamanya.

Berhubung seharusnya acara pernikahan ini adalah pernikahan bahagia antara dua sejoli mabuk asmara maka rangkaian peristiwa serta moment bahagia sudah mereka rancang sedemikian rupa. Termasuk untuk malam pertama. Pasangan pengantin yang sesungguhnya sudah menyewa sebuah kamar hotel megah berbintang lima untuk ritual malam pertama mereka.

Dan sekarang James juga Nadine sudah berada dikamar hotel berbintang lima tersebut.

Usai pernikahan Steven sang ayah langsung diberi penanganan khusus oleh dokter pribadi keluarga Medina yang terkenal kaya raya. Membuat Steven merasa lebih baik dalam waktu singkat bahkan ia bisa menghadiri acara resepsi putri pertamanya hingga usai.

Steven juga yang meminta James dan Nadine untuk tetap pergi kehotel demi rangkaian acara pernikahan yang sangat dasar. Malam pertama.

"Sekarang kau adalah istri James Medina. Nama belakangmu sudah bertambah menjadi Nadine Olivar Medina." Titah Steven pada putrinya. "Lakukan kewajibanmu, Papa yakin Jameslah jodohmu. Lupakan Mark. Dia adalah masa lalumu sekarang karena masa depanmu adalah James."

Entah kenapa Steven yang pertama kali melihat James punya firasat bahwa sebenarnya Jameslah jodoh putrinya. Takdir yang membuat mereka bersatu. Benang Merah mereka sudah terikat kuat. Steven yakin James bisa membahagiakan Nadine.

James menghela nafas lega ketika berada dalam kamar hotel. Ia merasa tenang karena malam ini bisa terbebas dari ocehan sang Bibi yang pasti akan mengungkit pembalasan budi lagi. James sudah kenal sifat Bibinya tersebut yang selalu tak pernah puas mengungkit-ngungkit soal pembalasan budi.

Jika saja James belia saat itu memiliki pilihan tentu ia akan lebih memilih tinggal bersama sang nenek dikota nun jauh disana daripada harus tinggal bersama paman dan bibinya.

"Kau bisa tidur dikasur," ucap James sopan pada Nadine tanpa mau melihat wajah cantik sang istri. "Aku akan tidur disofa," sambungnya sebelum ia memasuki kamar mandi untuk membersihkan dirinya.

Nadine duduk termenung dipinggir sofa. Pikirannya masih bertanya kemana Mark? Apa Mark meninggalkannya dengan sengaja?. Banyak pertanyaan yang ia tak tau harus meminta jawaban pada siapa berkeliaran dipikirannya. Untuk kesekian kalinya cairan bening nan indah itu mengalir melewati pipi mulusnya, membuat tatanan make upnya sedikit luntur.

"Ah... enaknya," Nadine tersentak mendengar suara ringan James yang membaringkan tubuhnya diatas sofa seperti berbaring dikasur yang sangat nyaman.

"Selamat malam..." ucapan James terputus karena ia masih mencoba mengingat nama istrinya. "Eum... Nadine... ya Nadine... aku benarkan? Namamu Nadine?" ujarnya lagi seakan bertanya.

Nadine masih terpaku diam ditempatnya memandang wajah James yang sedari tadi tak mau melihatnya. Entah perasaannya saja atau benar, James seakan menolak melihatnya sejak terakhir mereka berciuman. Mengingat ciuman itu membuat wajah Nadine seketika dirambati rona merah.

Pengantin Pengganti (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang