Larasati tidak peduli gunjingan tetangga, tidak malu menjadi bahan pembicaraan orang-orang desa. Cinta telah membuatnya kebal dari apa kata mereka. Akan tetapi, tidak lama kemudian, Larasati tidak lagi merasa sedih. Penderitaan yang pernah mencambuk jiwanya lambat laun dapat disingkirkannya. Ia benar-benar telah menjadi manusia yang memiliki semangat hidup. Hari-harinya di lalui dengan perasaan tenang. Akhirnya Larasati pun menjadi manusia yang mudah menebar senyum setiap kali berjumpa dengan siapa pun.
Syahrul seakan telah melebur menyatu dalam dirinya. Larasati telah menyimpan syahrul dalam bilik hatinya, merindukan, dan membiarkannya istirahat di situ.
Larasati menganggap semua kejadian yang menimpa dirinya adalah ujian dari Yang Maha Kuasa. Ia telah memetik sekian hikmah yang berserakan itu hingga menjadi sebuah kekuatan untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah. Akhirnya Larasati telah menjadi seorang wanita yang bertakwa, sehingga hari-harinya di isi dengan ibadah dan taqarrub ilallah. Dan, mulai saat itulah Larasati selalu mengenakan busana muslimah. Rambutnya yang indah dan terurai panjang itu pun telah ia simpan di balik jilbabnya. ( A/N : HIJRAH HIJRAH HIJRAH )
°°°
Enam bulan kemudian, di siang bolong yang mengalirkan hawa panas, tiba-tiba penduduk desa di gemparkan oleh berita penangkapan Hasan. Beberapa polisi menggerebek rumah Hasan dan menangkapnya dengan tuduhan sebagai aktor sekaligus pelaku pembunuhan Roi. Hasan diseret ke penjara. Di kantor polisi dia dipukuli dan di tendang kesana kemari. Setelah disidang di pengadilan, akhirnya Hasan dijatuhi hukuman penjara seumur hidup dengan tuduhan telah melakukan pembunuhan berancana atas diri Roi.
Bukti kuat atas tuduhan itu berasal dari seorang lelaki muda beringasan yang di tahan polisi setelah dia melakukan penodongan di pinggir kota. Lelaki itu, setelah diintrogasi, mengatakan bahwa selain kebiasaannya sebagai penodong, dia pernah melakukan pembunuhan bersama Hasan terhadap Roi. Dalam pengakuannya, pembunuhan itu dilakukan dengan sadis sekali. Roi dikeroyok mereka berdua dan ditusuk dengan belati dua belas kali dan dilempar kepinggir hutan. Motifnya adalah karena kalah saingan dengan Roi untuk mendapatkan cinta Larasati.
Ternyata selain membunuh Roi, sebagaimana keterangan lelaki tersebut, Hasan pernah melakukan pemerkosaan terhadap gadis miskin yang ada di desa sebelah. Jadi, dia pun harus menerima ganjaran dipenjara seumur hidup. Sebenarnya keluarga Hasan sudah mengajukan permohonan naik banding, tapi oleh pihak peradilan di tolak dengan tegas. Akhirnya Hasan pun menjalani hari-hari mudanya di balik terail besi jeruji penjara yang sempit dan pengap. Dia tidak lagi dapat merasakan kebebasan seperti biasanya.
Orang-orang desa ramai membicarakan kebiadaban Hasan, sementara keluarga Hasan malu sekali atas peristiwa itu, dan karena demi menjaga kehormatan, akhirnya keluarga Hasan pindah ke kota.
Larasati juga terkejut mendengar berita penangkapan Hasan, tapi baginya itu sudah menjadi hukum alam: sepandai-pandainya tupai melompat, pasti ia akan jatuh juga; sepandai-pandainya orang menyimpan bangkai, pasti suatu ketika akan tercium bau busuknya juga.
°°°
Satu tahun kemudian
Hasan dikeluarkan dari penjara. Dia dikeluarkan karena telah kehilangan ingatan. Hasan gila, tapi keluarganya sudah tidak sudi menerima kehadirannya dan membiarkannya berkeliaran di mana-mana. Sebenarnya pamannya ingin memasukan Hasan ke rumah sakit jiwa, tetapi oleh adik-adiknya di cegah. Pencegahan itu dilakukan saudara-saudaranya karena mereka tidak ingin kalau Hasan waras, Hasan akan mengulangi kebejatan-kebejatannya lagi. Mereka lebih memilih melepaskan perasaan kasih yang menghuni lembah hati mereka ketimbang menanggung malu untuk kedua kalinya.
Hasan berkeliaran di mana-mana, di pinggir kota, di pasar-pasar, di sudut desa dan di sekitar tempat-tempat yang sepi. Gila Hasan lebih parah dibanding gilanya manusia pada umumnya, karena selain dia selalu telanjang, dan ketika diberi pakaian, dia tidak pernah mau, hampir setiap pagi dan malamnya dia selalu melakukan onani tanpa peduli ada orang yang melihatnya. Sehingga orang-orang yang melihatnya selalu lari menjauh atau mengusirnya dengan kasar sekali. Orang-orang benar-benar jijik sekali melihat Hasan.
"Baru kali ini aku melihat orang gila yang separah itu di dunia ini," kata seorang yang melihat Hasan ketika sedang melakukan onani berulang-ulang.
Dia telanjang dan membiarkan tubuhnya disengat matahari dan diguyur hujan. Kulitnya yang dulu bersih kini menjadi hitam dan kasar. Dalam gilanya itu dia sering memaki-maki Roi dan Syahrul, juga memuja-muja Larasati. Dia menceritakan pernah menggauli Larasati, membunuh Roi, berkelahi dengan Syahrul, dan memperkosa anak gadis tetangga desa.
Allah mengganjar Hasan dengan sakit gila tidak begitu lama, karena tepat seribu hari dari kematian Syahrul, Hasan akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya di pinggir kali dalam keadaan telanjang bulat mata yang melotot merah mengerikan ditambah tanggannya memegang kemaluannya.
( A/N : No coli No life :'V )
#KiddingDia tidak dimandikan oleh penduduk sekelilingnya, tapi dia langsung di tanam begitu saja di bawah pohon tua.
Setelah kematian Hasan, penduduk desa di gemparkan dengan hantu Hasan yang selalu membayang-bayangi mereka. Hantu Hasan berkeliaran ke mana-mana untuk menakut-nakuti orang yang pernah dikenalnya, terutama Larasati. Akan tetapi, kejadian itu tidak berlangsung lama, karena setelah tujuh hari kematiannya, hantu Hasan tidak lagi gentayangan.
°°°
Mwuhehehehe.... saia apdet maav para readers saia jarang apdet kemarin-kemarin saia wisuda
Njing ngak ada yang mau ngucapin gitu :'v
Hasan menerima ganjaran bree maknnya jadi orang jangan jahat ea budjank ingat hukum alam
Ooooiiaaa... anjir no coli no life #kidding ea... :'v
Jangan lupa Voment
~FallFarizqi
KAMU SEDANG MEMBACA
The Poet [ Completed ] ✔
ChickLitPernah Menjadi Rank: #1 Kalimatku #2 Senandung #3 Gangguanjiwa #3 Kegilaan #5 Sufi #6 Larasati #10 Desa Dalam isak tangis, Larasati bersenandung: Inilah duniamu, wahai kekasihku! Darah cinta tak lagi mengalir, Air mata adalah lidahku. Derai tawa ta...