Sebentar Larasati terdiam. Matanya melelehkan air mata. Kemudian ia bersenandung lagi:
Biar kulukis dirimu disini,
Linangan air mata:
Danau kerinduan yang takkan pernah kering.
Kekasih, haruskah aku melupakanmu?
Tidak, jawabku.
Walau kutercipta dalam sepi,
Seperti ruang dalam gua,
Tapi namamu telah menghadirkan seberkas cahaya.
Meski kesuraman adalah satu nafas, lebih ringan memanggut rasa, di sini, tapi tarikan rindu yang tak bertepi akan tetap kutelusuri.
Cinta adalah sekian rasa yang menyatu dalam kalbu,
Kasih sayang dan kerinduan adalah inti dari keterciptaannya.
Sampai kapan cintaku mengental dalam?
Aku tidak tahu.
Semuanya telah menjadi debu yang menghambur-hambur,
Entah kemana diriku akan di hamburkan, semoga aku tetap setia mencintaimu.°°°
~FallFarizqi
KAMU SEDANG MEMBACA
The Poet [ Completed ] ✔
Literatura FemininaPernah Menjadi Rank: #1 Kalimatku #2 Senandung #3 Gangguanjiwa #3 Kegilaan #5 Sufi #6 Larasati #10 Desa Dalam isak tangis, Larasati bersenandung: Inilah duniamu, wahai kekasihku! Darah cinta tak lagi mengalir, Air mata adalah lidahku. Derai tawa ta...