Sebentar Larasati terdiam. Disekanya air mata yang mengaliri pipinya. Kemudian ia bersenandung lagi.
Tak kupersalahkan maut merengut nyawamu, tapi aku sedih melihat ketidak berdayaanmu.
Sebab kicau burung tak lagi merdu,
Tarian ranting tak lagi indah.
Tetes embun di atas daun talas,
Beningnya selalu meresahkanku kapan ia kembali menghiasi taman kasihku?
Oh angin yang melantunkan desiran,
Kutuklah mereka yang mencampakan semua ini atas diri yang asing!
Betapa hina hati yang enggan mengatasnamakan cinta di atas cinta,
Rengutlah bersama keagungan cintanya!
Akulah sang perindu yang kehilangan cinta,
Cintaku adalah maut yang mengerikan sisa-sisa hidup di ambang penantian.
Bawalah sampan kerinduan ini ke puncak dahaga,
Biar kurasakan betapa kering kehidupan ini.
Kesetiaan akan membelenggu diri yang tamak,
Saat-saat ia tak lagi mendengar bahasa langit.
Kutercampakkan dalam ketiadaan makna,
Atas segala rasa yang terlalu suci aku puja.
Bukan tangisan sebagian luapan kata-kata,
Tapi inilah isak tangisku yang akan melelehkan ketidak adilan kalau saja manusia sudi membaca tanda-tanda.°°°
Jangan lupa vomet
~Fallfarizqi
KAMU SEDANG MEMBACA
The Poet [ Completed ] ✔
Chick-LitPernah Menjadi Rank: #1 Kalimatku #2 Senandung #3 Gangguanjiwa #3 Kegilaan #5 Sufi #6 Larasati #10 Desa Dalam isak tangis, Larasati bersenandung: Inilah duniamu, wahai kekasihku! Darah cinta tak lagi mengalir, Air mata adalah lidahku. Derai tawa ta...