Awan-awan yang berbaris di langit sedikit mulai sirna, dan matahari sudah tampak di ufuk timur. Saat itu Syahrul sudah menemukan rumah Haji Tomi. Setelah mengucapkan salam, maka keluarlah Haji Tomi dan istrinya. Melihat orang yang membawa Larasati pulang bukan Hasan, hati Haji Tomi dan istrinya terkejut. Dengan perasaan terheran-heran, Haji Tomi bertanya, " Siapakah saudara ini? Mengapa Larasati bisa bersama saudara?"
"Ceritanya panjang, pak" jawab Syahrul. Kemudian Haji Tomi mempersilahkan Syahrul masuk dan duduk di kursi tamu, sedangkan Larasati di bawa ibunya masuk ke kamarnya. Setelah merasa sedikit nyaman, dengan panjang lebar Syahrul menceritakan kejadian yang baru saja di alami Larasati kepada ayahnya.
Mendengar cerita Syahrul, Haji Tomi geram. Emosi sang bapak itu pun meledak-ledak bukan main. Mukanya merah padam dan bibirnya bergetar hebat. Syahrul mencoba menenangkanya, tapi Haji Tomi masih bergetar tubuhnya dengan tangan terkepal.
Hampir saja Haji Tomi beranjak pergi menuju rumah Hasan, tapi Syahrul menahanya dan berkata, "Maaf pak! Biarkan saja saya yang menangani pemuda itu. Masalah ini harus di selesaikan dengan hati-hati. Jika salah langkah, akibatnya akan fatal. Saya mohon, bapak jangan terlalu menuruti amarah."
"Apa maksudmu?" tanya Haji Tomi dengan suara kasar.
"Hasan adalah anak orang yang cukup terpandang di desa ini. Menurut pengakuannya, dia bisa berbuat apa saja demi menjaga nama baiknya. Kalau sampai terjadi sesuatu terhadapnya, bapak sendiri yang akan rugi," jawab Syahrul.
"Aku tidak peduli. Meskipun dia anak orang terkaya di desa ini dan semua dapat di beli dengan uang, tapi kalau seperti itu kelakuannya, aku akan mengadakan perhitungan dengannya."
"Tidaklah bapak tahu, bahwa segala sesuatu pasti ada jalannya?" Kata Syahrul dengan suara rendah.
Haji Tomi terdiam. Kemudian dia pun mulai bisa menahan gejolak emosinya. Dia tidak lagi tegang, dan dengan suara rendah dia berkata kepada Syahrul, "Terima kasih atas bantuan saudara. Siapa kah namamu, anak muda?"
"Syahrul"
"Aku tidak mengenal ayah ibumu, tapi melihat kebaikanmu itu aku yakin kedua orang tuamu adalah orang tua yang baik pula."
"Bapak jangan berlebihan seperti itu. Kedua orang tuaku adalah orang termiskin di desaku, tapi sayang beliau berdua sekarang telah tiada."
"Sebenarnya aku sudah berusaha keras mencarikan obat untuk anakku itu, tapi sungguh Allah masih belum memberikan anugrahnya kepada kami."
Haji Tomi tidak tahu bahwa pemuda yang di hadapannya adalah seorang dukun, yang karena dia lah Larasati menjadi gila. Kemudian Haji Tomi bertanya, " Apakah nak Sayhrul bisa membantu keluarga kami?"
Sebentar Haji Tomi terdiam, kemudian dia melanjutkan, "Nak Syahrul telah menyelamatkan masa depan anakku, mungkin nak Syahrul juga bisa mencarikan obat dari kegilaan anakku?"
"Maksud bapak untuk menyembuhkan Larasati?" Tanya Syahrul terkejoet.
"Benar. Kami sudah tak tahan lagi menerima musibah yang menimpa keluarga ini. Terlalu berat musibah yang kami terima."
"Bolehkah saya berkata jujur kepada bapak, tapi bapak jangan memurkai saya!" tutur Syahrul.
"Katakan saja, Syahrul!"
"Bapak berjanji tidak akan naik darah dan mengamuk saya sedemikian rupa karena pengakuan saya?"
"Aku janji."
"Saya adalah orang dukun, pak. Tempat saya di pinggir hutan sana. Hasan pernah beberapa kali datang ke gubuk saya untuk meminta bantuan. Maafkan saya, pak! Sebenarnya yang membuat Larasati gila adalah saya. Hasanlah yang menyuruh saya melakukan itu,"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Poet [ Completed ] ✔
Chick-LitPernah Menjadi Rank: #1 Kalimatku #2 Senandung #3 Gangguanjiwa #3 Kegilaan #5 Sufi #6 Larasati #10 Desa Dalam isak tangis, Larasati bersenandung: Inilah duniamu, wahai kekasihku! Darah cinta tak lagi mengalir, Air mata adalah lidahku. Derai tawa ta...