👀 Part 10 : Tidak ingin menikah

134 30 4
                                    

   Usia Larasati sudah menginjak 23 tahun, tapi ia masih belum mau menikah. Ayahnya sudah menawarkan beberapa pemuda tampan dan kaya yang siap menikahi dan membahagiakannya, tetapi ia selalu menolaknya. Larasati benar-benar tidak mau menikah dengan siapa pun. Di hatinya hanya ada Syahrul, yang meskipun telah mati, selalu hadir dalam mimpi-mimpinya dan sungguh ia tidak ingin mengkhiyanatinya. Betapa Larasati telah bersumpah untuk menjadi perawan seumur hidup.

   Ayahnya Larasati bingung melihat anaknya yang tidak mau menikah. Ibunya sudah sering menasehatinya, tapi Larasati tetap tidak mau untuk menikah. Katanya, "Aku hanya akan menikah dengan Syahrul, walau pernikahan itu harus terjadi di surga nanti."

   Pada suatu hari, Haji Tomi memaksa Larasati untuk menikah dengan seorang pemuda anak sahabat baiknya. Nama pemuda itu adalah Faiz, namun Larasati menolak kehendak ayahnya dengan tegas. Ayahnya marah-marah dan hampir mengusir Larasati, tetapi setelah ibunya susah payah menentramkan jiwa ayahnya, akhirnya gejolak amarah ayahnya bisa mereda. Dengan begitu, selamatlah Larasati dari murka ayahnya.

   Keluarga Faiz kecewa atas penolakan Larasati, maka keluarga Faiz pun memutus hubungan persahabatan dengan keluarga Larasati. Haji Tomi bersedih atas peristiwa itu, tapi dia sadar bahwa yang menjalani perkawinan adalah anaknya, sementara dia sendiri tidak ingin melihat anaknya menderita.

   Sudah berulang kali datang pemuda yang ingin menikahi Larasati, tapi tak ada satupun yang ia terima. Hampir semua pemuda yang datang adalah pemuda yang baik, tampan dan anak orang kaya, tapi Larasati lebih memilih untuk tidak menikah dengan siapa pun. Entah kekuatan apa yang merasuki jiwanya hingga tetap mempertahankan keperawanannya, namun yang sudah jelas saat itu hati Larasati masih selalu diisi dengan kenangan-kenangan bersama Syahrul. Dan karenanya ia tak ingin kenangan-kenangannya bersama Syahrul itu diambil alih oleh lelaki mana pun.

   Melihat putri tunggalnya itu bersikeras tidak mau menikah, maka pada suatu malam Suaibah berkata kepada Larasati, "Jangan kau perburuk dirimu dengan tidak mau menikah!"

  "Apa enaknya menikah?" Tanya Larasati perotes.

  "Bukan masalah enak atau tidak enak. Manusia diciptakan dengan jenis yang berbeda adalah supaya mereka bersatu dan meneruskan keturunan. Menikah itu perintah agama," jawab Suaibah menjelaskan.

   Larasati tunduk diam. Tapi tak lama kemudian berkata, "Aku tidak mau menikah karena aku tidak mau mengecewakan suamiku."

  "Apa maksudmu?" Tanya Suabiah.

  "Pernikahan bagiku hanya akan terwujud jika dilakukan oleh dua orang yang saling mencintai, kerena kebahagiaan rumah tangga takkan pernah ada tanpa dibangun oleh rasa cinta dari kedua belah pihak," jawab Larasati polos.

  "Bagaimana dengan ibumu ini?" tanya Larasati ingin tahu pendapat putrinya.

  "Aku yakin ibu tidak bahagia," jawab Larasati enteng.

  "Tetapi aku merasakan ada kebahagiaan tersendiri dalam hidupku," tegas Suaibah.

  "Kebahagiaan yang ibu rasakan tidak lebih dari setetes air lautan. Ibu jangan membohongi diri sendiri. Coba ibu mengerti apa yang Larasati rasakan."

  "Ya, aku bisa memahami, tapi bagaimana dengan penilaian para tetangga?" Kembali Suaibah bertanya.

  "Aku tidak peduli," jawab Larasati dengan tegas.

   Keduanya terdiam. Kemudian keduanya pun beranjak menuju kamarnya masing-masing.

°°°

Keadilan tanpa adanya kekuatan adalah Hampa, tetapi kekuatan tanpa keadilan hanyalah berupa Kekerasan

°

Cinta melahirkan pengorbanan. yang akan melahirkan kebencian. Barulah kau mengerti akan penderitaan

°

Dalam dunia terkutuk ini, kedamaian dimana setiap orang saling mengerti hanyalah sebuah angan-angan

°

Penderitaan membuatku semakin kuat dan berkembang

°°°

JANGAN LUPA VOMENT

~FallFarizqi

The Poet [ Completed ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang