👀 Part 17 : Pantang menyerah

130 16 5
                                    

   Kembali Farizqi mengulang peristiwa kemarin. Saat-saat udara segar mengelilingi tempat Larasati termenung seorang diri, Farizqi muncul dan berkata, "Ketika burung camar terbang ke daerah orang, maka ia akan mengepakkan sayapnya pelan-pelan dan menjatuhkan sehelai daun hijau di situ sebagai tanda persahabatan."

   "Kucing yang nakal takkan jera dimarahi tuannya ketika ia sering melakukan pencurian ikan," tutur Larasati menceritakan apa yang baru saja dilihatnya.

   "Pencuri ikan telah duduk tanpa peduli melihat tuannya berdiri agak jauh dari tempatnya sembari menatap awan-awan yang berserakan di angkasa."

   "Biarkan sang tuan selalu menatap awan yang takkan pernah digapainya, dan biarkan awan-awan itu menjadi mendung yang kelam dan menjelma hujan yang lebat."

   "Biarkan pula air mata yang menetes karena kepedihan hati ini dilanda ketidak serasian dua jiwa yang berlainan, menjadi air bah yang keruh," sahut Farizqi dengan nada patah semangat.

   "Bukan maksud gerhana menelan indahnya purnama karena kebencian, namun hukum alamlah yang menghendaki semuanya. Cinta takkan pernah ada selama ia hanya di pandang dari luarnya."

   "Cintaku teramat dalam menelusuri rongga-rongga sukma yang telah dilibas arah kematian sesaat dan kemudian bangkit lagi sembari menyerukan gema kalam kemuliaan."

   "Aku benci kemunafikan. Aku iri pada kemuliaan budi. Bagiku cinta dan benci tidak ada bedanya."

   "Bedakanlah tarian ranting di musim kemarau dengan lambaian dedaunan di musim hujan! Niscaya kebenaran akan menyelamatkan semua duka yang telah lalu."

   "Ketika itu kuinginkan jiwa raganya. Waktu itu kurindukan peluk mesranya. Saat itu kuberjanji tuk tetap setia. Saat itu pula kematian telah menjemputnya. Dunia selalu berkata lain."

   "Telah kuresapi setiap bait-bait yang aku dengar dengan hati yang tulus. Bisikan mesra pun akan segera meninabobokannya."

   "Tak ada yang abadi di dunia ini. Kebahagiaan hanyalah seperti angin musiman. Betapa banyak nelayan yang kehilangan arah perjalanannya hingga mereka pun tersesat dan takkan pernah kembali lagi."

   "Ada tak ada telah menjelma Yang Ada. Kepulanganku dari perantauan adalah karena Yang Ada. Lahirnya cinta adalah anugrah Yang Ada. Kukenali dirimu berkat Yang Ada. Kesucian adalah wajah asli dari Yang Ada."

   "Bunyi gitarmu mengingatkanku pada rentetan peristiwa kelabu. Tentang kegilaan, tentang penggagahan, tentang penyembuhan, tentang kematian, tentang hukuman, tentang kesetiaan, tentang janji sumpah janji tuk tak menikah sepanjang hayat, tentang kebejatan lelaki kota yang durjana, tentang perkawinan tanpa kebahagiaan, dan tentang keperawanan yang dapat dipertahankan."

   "Bagiku kejujuran adalah tanaman terindah yang takkan pernah hilang dari tanah pamadikannya. Bungkam seribu bahasa akan menyelamatkan manusia dari segala fitnah. Aku siap menerima segalanya demi meraih pahala cinta yang telah menjadi lautan hidupku."

   "Hidup dan matiku hanya untuk Allah."

   "Karena Allah aku ingin memuliakanmu di atas kereta kencana."

   "Perang nafsu akan segera tiba menyadarkan sang pendusta karena kekeliruannya."

   "Tanyakan pada kesaksian alam ini atas jiwa yang resah menantikan seteguk air kedamaian."

The Poet [ Completed ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang