Semalaman Larasati menemani jasad Syahrul yang menyatu dengan tanah. Pagi harinya ia pulang ke rumah. Di rumah ia melihat ayahnya membisu dengan tatapan mata yang kosong. Ibunya tampak seperti nelayan yang kehilangan sampan melihat putri tunggalnya kehilangan semangat hidup, juga yang selalu didera kepedihan demi kepedihan itu. Larasati tidak menghiraukan kedua orang tuanya, dan tanpa peduli ia langsung menuju kamarnya. Seharian ia menyepi seorang diri dan meratapi penderitaannya di dalam kamarnya.
Larasati tidak menceritakan peristiwa aneh yang dilihatnya tadi malam kepada kedua orang tuanya. Ia hanya bisa mendesah dan mendesah karena kecewa melihat ayahnya dan orang-orang desa yang tidak sudi merawat mayat Syahrul.
Seharian itu masih jarang orang yang berani keluar rumah. Hasan pun demikian, walau dia tidak ikut datang pada malam itu, namun hatinya juga dihantui perasaan takut.
Tampak senyap sekali hari itu. Burung-burung tak lagi selincah hari kemarin. Binatang ternak hanya mendengus dalam kandangnya. Para pencari kayu bakar sama sekali tidak nampak batang hidungnya. Pohon-pohon kelapa yang roboh di cambuk halilintar tanpak seperti saksi atas ketidakpedulian orang-orang desa atas nasib mayat Syahrul. Bumi menjadi becek dan daun-daun banyak yang berguguran akibat kejadian tadi malam. Keadaan pasar pun sepi dari para penjual dan para pembeli.
°°°
Di suatu malam yang berselimutkan kepedihan sepihak, sang ibu menemui Larasati dan berkata, "Jangan biarkan dirimu menjadi patung yang selalu beku dan membisu, anakku! Yang terjadi biarlah terjadi, karena semua itu sudah digariskan oleh Yang Maha tau."
Larasati tidak menanggapi kata-kata ibunya. Ia tetap bisu dan sebentar-sebentar menghela nafas berat. Kemudian ibunya berkata lagi,"jika kau bisa melupakan Roi, mengapa kau tak bisa melupakan Syahrul? Aku menyadari semuanya, tentang cinta, pengorbanan, dan tentang kesetiaan. Akan tetapi, bukankah semua itu adalah permainan hidup yang datang dengan tiba-tiba dan pergi dengan tiba-tiba pula?"
"Tidakkah kau tau, aku ini termasuk korban cinta dari kedua orang tuaku yang tak pernah merestui diriku bersatu dengannya? Namun, demi membahagiakan kedua orang tuaku, aku harus menuruti apa katanya."
Larasati tetap diam. Akan tetapi setelah melihat ibunya meneteskan butiran-butiran air mata pedih, Larasati berkata, "Hapuslah air matamu, ibuku! Mungkin benar apa yang ibu katakan, inilah nasib yang harus aku terima. Cintaku selalu terdampar di tepian hutan belantara yang tak pernah terjamah oleh tangan-tangan manusia. Aku bisa melupakan Roi, karena ada Syahrul yang entah kenapa, aku lebih mencintainya. Mungkin dia adalah anak dari orang yang pernah menjadi kekasih ibuku, sehingga akibat dari warisan cinta itulah yang membuat jiwaku lebih menanam arti kepadanya."
"Apa yang baru saja kau katakan itu, anakku? Syahrul adalah anak lelaki yang pernah menjadi kekasihku?" tanya sang ibu terkejut.
"Benar, Syahrul telah banyak bercerita tentang dirinya, tentang keluarganya, dan tentang kisah cintanya dan kisah cinta ayahnya," jawab Larasati.
"jadi Syahrul itu anak dari kak Ahmad?" tanya sang ibu tidak percaya.
"Benar, sebab kekayaanlah pak Ahmad harus berpisah dengan ibu," jawab Larasati menjelaskan.
"Oh, Larasati! Itulah cinta yang tak selamanya harus memiliki,"kata sang ibu sambil mendesah berat.
"Aku mengerti, tapi aku bersedih sekali," kata Larasati menanggapi.
"Sudahlah, anakku! Biarlah semuanya berlalu. Mungkin kita dapat memetik hikmahnya. Rawatlah dirimu dengan baik, sayangilah dirimu dan janganlah kau mendzolimi dirimu dengan tidak mau makan dan minum!" Pinta sang ibu sembari mengelus-elus kepada Larasati.
"Aku tidak nafsu makan dan minum," kata Larasati kecut.
"Anakku, percayalah semuanya akan mendatangkan banyak hikmah untukmu," kata sang ibu menghibur.
Larasati terdiam. Ia tidak lagi menanggapi kata-kata ibunya. Kemudian dengan perasaan belas kasih bercampur kesal, ibunya meninggalkannya.
°°°
Maav pada readers saia baru apdet soalnya banyak tugas (A/N sok-sokkan sibuk lu fall kek pejabat pengangguran sejawa barat)
Mmmwwuuuheehehehehe saia apdet. Larasati belum bisa mop oon sama si Syahrul ckckckkkk...
Jangan lupa Voment.
~FallFarizqi
KAMU SEDANG MEMBACA
The Poet [ Completed ] ✔
Chick-LitPernah Menjadi Rank: #1 Kalimatku #2 Senandung #3 Gangguanjiwa #3 Kegilaan #5 Sufi #6 Larasati #10 Desa Dalam isak tangis, Larasati bersenandung: Inilah duniamu, wahai kekasihku! Darah cinta tak lagi mengalir, Air mata adalah lidahku. Derai tawa ta...