Author's pov
Seseorang terburu-buru keluar dari mobilnya yang terparkir sembarangan. Sudah tidak ada waktu, aku akan segera kembali untuk memindahkan mobilku nanti, pikirnya
Dia berlari memasuki salah satu asrama yang ada di Universitas Ternama dimana mulai hari ini dia resmi menjadi mahasiswa disana.
Asrama tersebut mempunyai empat lantai, setiap lantainya mempunyai sekitar enam puluh kamar. Namun sayang tidak tersedia lift, sehingga dia harus menaiki tangga sampai dilantai tiga. Lalu berlari menuju kamar nomor 330.
Sesampainya di depan pintu kamar, dia melirik jam tangan yang dipakainya, sudah menunjukkan pukul 06.10. Sial, kenapa aku bisa terlambat bangun tadi.
Alarmnya pasti sudah berbunyi sepuluh menit yang lalu, hal ini membuatnya ragu untuk membuka pintu kamar tersebut.
Tidak mungkin dia sudah bangun, kau tahu sekali itu. Gumamnya pada dirinya sendiri.
Lalu mengambil sesuatu di kantong celananya, dan perlahan membuka pintu dengan kunci yang sudah dipegangnya. Dia melakukannya dengan perlahan, dia tidak ingin membangunkan orang yang pasti masih tertidur pulas didalam.
Dia masuk dan menutup pintunya dengan sangat pelan sampai tidak menimbulkan suara apapun.
Melangkah perlahan, namun tiba-tiba langkahnya berhenti. Seperti ada yang aneh, biasanya Gun tidak mematikan lampu saat dia tidur, tapi kondisi lampu kamar itu mati. Walau sekarang tidak terlalu gelap karena sudah ada cahaya matahari yang menyusup masuk.
Mark menajamkan matanya, melihat kearah dua ranjang yang ada didepannya. Dia sadar bahwa tidak ada siapapun yang berbaring disana.
Dengan langkah gontai menghidupkan lampu. Lalu mengecek kamar mandi yang kosong. Ya memang tidak ada Gun.
Normalnya, penghuni asrama sudah berada diasrama sehari sebelum Masa kuliah dimulai.
Aku lupa bahwa Gun bukan seperti kebanyakan orang.
Mark menarik nafas panjang. Duduk di tepi salah satu ranjang, meletakkan kedua tangannya dikepala. Lalu merebahkan tubuhnya.
Dia tertawa singkat, sadar betapa konyol dirinya, bergegas kemari hanya karena khawatir pujaan hatinya akan terlambat bangun.
Benar kata Perth, dia bisa gila jika terus seperti ini.
Sudah dua tahun. Aku bisa melakukan apapun yang kumau kan?
Setelah beberapa saat dia bangun dan berdiri. Mark memutuskan untuk pergi. Ini adalah hari pertama dia menjadi mahasiswa dikampus ini. Di fakultas teknik jurusan arsitektur ( karena ayah Mark mulai tertarik berbisnis di dunia properti).
Dengan malas berjalan menuju pintu membukanya. Betapa terkejutnya dia melihat sosok yang berdiri didepan pintu dengan posisi bersiap membuka pintu. Itu Gun.
"Mark...?" Ucap Gun lirih, lalu segera menutup pintunya.
Mark yang masih didalam kamar, merasakan dadanya berdetak sangat kencang. Dengan cepat tangannya memegang dada agar jantungnya tidak melompat keluar. Berkali-kali menarik dan membuang nafasnya.
Di..dia menyebut namaku? Gun tahu namaku?? Pertanyaan itu berulang dikepalanya. Membuatnya semakin tidak karuan.
Lalu pintu itu tebuka lagi, terlihat sosok Gun dihadapannya. Aku tertangkap basah menyelinap kekamarnya, aku harus beralasan apa?
KAMU SEDANG MEMBACA
Walk With You [MarkGun] - COMPLETE -
FanfictionAku membencinya. Sangat membencinya. Dia terlalu tampan dan terlalu manis secara bersamaan, terlalu kaya, terlalu menyenangkan dan dia mempunyai segala alasan untuk disukai semua orang. Tapi aku membencinya. "Kenapa? Apa dia melakukan kesalahan pada...