Mark's pov
Aku melihat Gun menyambar handuknya, langsung masuk ke kamar mandi dengan membanting pintu.
Lihatlah betapa malunya dia, 55555
Siapa sangka dia akan sepolos itu menggenggam tanganku? Huh, aku sampai kaget..
Meskipun itu karena aku tidak bilang apa-apa, tapi kupikir dia akan mengerti karna kita sudah didepan kamar. Atau setidaknya dia bertanya.
Aku melihat tangan yang tadi digenggamnya, aku tidak akan mencucinya hari ini dan aku harap kepolosan Gun tidak akan pernah hilang. Oh tuhan kabulkan doaku ini.
Ponselku bergetar, ada panggilan masuk dari Bee, sepupuku. Rapat anak cabang yang aku pegang diwakilkan olehnya, karena hari ini aku tidak mau melewatkan kesempatan bertemu Gun.
Beruntung tadi aku datang di waktu yang tepat, permainan anak kecil seperti itu ternyata berguna juga.
Aku tersenyum saat mengingat beberapa kali botol itu mengarah ke Gun karna ku tahan dengan jari telunjukku. Sepertinya mereka sibuk akan keterkejutannya sehingga tidak ada yang menyadari kecuranganku, atau sebenarnya senior-senior itu tahu hanya saja memberiku kesempatan. Besok aku harus memberi balasan atas kebaikan mereka.
"Phii" suara perempuan paling manja dikeluarga besarku. Aku tidak tahu dari siapa sikap manjanya ini diturunkan.
"Wai?"
"Swaddi kha Phi, hehe"
Aku membalas wai nya. Dia bilang akan mampir sebentar untuk mengantar hasil rapat tadi. Sebenarnya laporan sudah dikirim melalui email hanya saja ada beberapa dokumen asli yang harus diantarnya untuk ku tanda tangani.
Terdengar pintu kamar mandi terbuka. Aku cepat-cepat menutup telpon. Dan mengirim pesan, akan menghubunginya lagi nanti.
Gun keluar dari sana berjalan kearahku lalu berbelok ke arah balkon tanpa mengatakan apapun. Handuk di taruh sembarang diatas kepalanya, menutupi rambut basahnya dan sebagian wajahnya. Aku hanya bisa melihat hidung dan bibirnya saja.
"Aduh aduh !!" Serunya.
Tangannya memegang kaki kanannya, dia terus mengaduh kesakitan. Ah lucunya.
"Siapa yang meminta Phi menutup mata dengan handuk, huh?" Tanyaku meledeknya. Tapi suara yg keluar dari mulutku lebih seperti mengatai bukan meledek. Sepertinya masih belum bisa menstabilkan nada bicaraku, jujur aku masih kesal karena beberapa hari ini diabaikan dan dia malah memilih pergi bersenang-senang dengan teman-temannya itu.
Dia melirik tajam kearahku tapi tangannya masih mengelus-elus betisnya yang sepertinya menabrak pinggiran pintu. Kau sangat menggemaskan Phi.
Dia akhirnya memutuskan untuk duduk diatas tempat tidurku yang berada tak jauh dari sana.
"Apa itu benar sakit?"
"Tidak Nong. Pinggiran pintu itu sangat empuk jadi tidak akan terasa sakit jika menabraknya." Jawabnya ketus. Judes sekali calon pacarku ini.
"Yasudah tambrak terus saja. Aku mandi." Kataku menuju ke kamar mandi, dia tidak menjawab tapi aku merasa tatapannya mengikutiku sampai aku menutup pintu.
Aku melepas bajuku, lalu mulai berpikir bagaimana caranya agar tangan kiriku ini tidak kena air. Bekas genggaman Gun tidak boleh hilang, setidaknya untuk malam ini.
Aku melihat sekeliling dan tidak menemukan apapun yang bisa kugunakan untuk menutup tangan agar terhindar dari air.
Apa kubiarkan saja ini terkena air dan nanti aku mencari cara agar Gun menggenggam lagi tanganku?
KAMU SEDANG MEMBACA
Walk With You [MarkGun] - COMPLETE -
FanfictionAku membencinya. Sangat membencinya. Dia terlalu tampan dan terlalu manis secara bersamaan, terlalu kaya, terlalu menyenangkan dan dia mempunyai segala alasan untuk disukai semua orang. Tapi aku membencinya. "Kenapa? Apa dia melakukan kesalahan pada...