Author's pov
Cahaya matahari mengintip dan hembusan angin pagi mulai mengalir melalui celah jendela. Perlahan Mark membuka matanya, namun silau mentari membuatnya menarik selimutnya hingga kepala.
Setelah beberapa waktu mengumpulkan nyawanya, akhirnya dia kembali membuka selimut dan bangun sempurna dari tidurnya. Dia duduk dan mulai menelusuri ruangan itu. Kamar tidur disampingnya sudah rapi. Dia bertanya-tanya kemana pemiliknya sampai dia mendengar ada suara air mengalir di kamar mandinya.
Jam dinding berwarna kuning berbentuk salah satu kartun kesukaan Phi nya itu menunjukkan pukul 09.43, sudah hampir lewat waktu sarapan.
Sekitar seminggu ini, setiap malam dia mengerjakan tugas hingga larut malam, bahkan semalam sampai dini hari sekitar jam 3. Tidak banyak sebenarnya, hanya saja hampir mustahil berhasil dikerjakan dengan sekali coba.
Tugas pertama, hanya diminta untuk menggambar tampak bangunan sederhana, mulai tampak depan, samping maupun atas. Gambar bangunanya masih sangat sederhana, belum terlalu rumit. Tugas ini tidak sulit, hanya saja karena menggunakan skala maka butuh konsentrasi penuh, salah ketebalan garis berakibat fatal. Misalnya saat salah menggunakan ukuran drawing pen, seharusnya digaris dengan pen ukuran 0.1 tapi digaris dengan 0.5, maka harus mengulang gambar dari awal. Benar-benar dari nol. Dan kesalahan ini yang membuat Mark semalam harus tidur dini hari.
Tugas kedua lebih menyebalkan, menyebalkan karena ini sulit dan karena sebenarnya tugas ini sudah pernah diberikan tetapi karena ada teman sekelasnya yang ketahuan meminta bantuan kaka tingkat akhirnya satu kelas diminta mengulang semua. Dan tugas menyebalkan ini adalah membuat garus lurus dan garis putus-putus baik vertikal, horizontal maupun diagonal dikertas A3 dengan jarak masing-masing garis sekitar 1,5 cm tanpa pengaris atau freehand. Tugas ini yang sangat menguras waktu tenaga, bahkan Mark baru bisa menyelesaikannya dalam 3 hari karena berkali-kali garisnya tidak sempurna.
Meskipun tugasnya baru dikumpulkan di hari senin, tapi dia sengaja menyelesaikannya lebih cepat. Karena hari ini sabtu, dan dia tahu Gun tidak pulang kerumahnya weekend ini karena keluarganya sedang berlibur. Kesempatan bagus untuk menghabiskan waktu dengannya, Mark sudah berencana meminta Gun menemaninya belanja peralatan kuliahnya di salah satu mall disekitar kampusnya. Kencan pertama.
Pintu kamar mandi terbuka, seorang dengan celana pendek dan kaos putih polosnya muncul dari balik pintu. Handuknya menutupi rambutnya yang masih basah. Membuat Mark terperangah, ingin rasanya langsung mendekap laki-laki cantik yang satu itu.
"Kau sudah bangun Nong?"
"Su-sudah phi..." Jawabnya gagap.
Gun berjalan menuju balkon sambil mengeringkan rambut dengan handuknya. Sedangkan Mark merasakan ada yang bergerak dibagian bawahnya.
Hey, serius harus sekarang?? Aiisshh kau tahu saja sedang ada pemandangan indah.
Yah meskipun ini sangat wajar untuk laki-laki, tapi tak bisakah juniornya memberi waktu sedikit lama untuk memandangi Gun? Tapi sepertinya tidak bisa, Mark tahu batasannya.
Dia bersiap berlari kekamar mandi.
"Sebentar Nong, phi mau ganti celana dulu." Kata Gun seolah tahu dia akan ke kamar mandi. Gun membuka lemari dan mengambil sesuatu, celana panjangnya. Gun berniat membeli sarapan setelah ini.
Gun berjalan ke kamar mandi dengan santai, dia tidak menyadari ada mata yang sedari tadi mengincarnya.
Saat dia sudah memegang gagang pintu kamar mandi, tiba-tiba ada tangan yang menahan pintu. Mark sudah berada tepat dibelakangnya dengan tangan kirinya melewati atas bahu Gun dan menahan pintu agar tidak terbuka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Walk With You [MarkGun] - COMPLETE -
FanfictionAku membencinya. Sangat membencinya. Dia terlalu tampan dan terlalu manis secara bersamaan, terlalu kaya, terlalu menyenangkan dan dia mempunyai segala alasan untuk disukai semua orang. Tapi aku membencinya. "Kenapa? Apa dia melakukan kesalahan pada...