Author's pov
Gun masih setia dengan posisi jongkoknya.
Dia membayangkan Mark sekarang sedang duduk berselancar di internet, berkenalan dengan perempuan-perempuan cantik untuk mengusir rasa sakit hatinya. Lalu salah satu dari perempuan itu ternyata bisa membuat nyaman dan melupakan semua penderitaanya sehingga besok saat dia bertemu dengan Gun, Mark sadar sudah tidak membutuhkannya lagi.
Tidak. Tidak. Ini tidak boleh terjadi.
Gun beranjak lagi, dan untuk kesekian kali menekan bel.
"Hmmm" Suara dari speaker sepertinya sudah sangat malas menjawab.
"Paman, kau tahu ini masih aku yang tadi?"
"Di depanmu ada kamera, aku bisa melihat wajahmu dengan jelas."
"Owh." Jawab Gun yang baru menyadarinya. "Paman kau belum bisa membukakan gerbang untukku?"
"Beritahu aku passwordnya."
"Aku tidak tahu, tapi aku temannya. Sungguh."
"Kalau begitu hubungi saja tuan Siwat. Dan tanyakan passwordnya."
"Aku sudah bilang, ponselku mati." Gun menunjukkan ponselnya kedepan kamera. "Bisa kau coba hubungi dia untukku dan menanyakan passwordnya?"
"Trik kuno. Sama saja aku memberikan informasi rahasia pada penjahat."
"Paman, aku bukan penjahat." Kata Gun kesal. Dia tidak bisa lama-lama diluar. Ada perempuan yang siap merebut Mark darinya.
"Aiiissh. Ku infokan sebentar lagi sidak malam akan sampai disini. Kau bisa menunggu mereka jika kau mau."
Gun terdiam , dia berpikir apakah memang tidak bisa bertemu Mark malam ini. Tapi bagaimana dengan perempuan itu?
"Kenapa lagi?" Tanya si paman yang melihat Gun termenung di layar monitornya.
"Paman, tolong sampaikan pesan ini pada Mark. Tapi tolong sampaikan sekarang ini juga. Bilang kalau Gun Napat mencarinya. Dan minta dia menghubungiku secepatnya. Ah tidak secepatnya juga karena ponselku mati. Bilang besok pagi saja menghubungiku."
"Errghh baiklah, kenapa tidak dari tadi saja kau menyerah. Dan kuingatkan lagi, aku bukan pamanmu."
Gun menunduk lesu.
Setidaknya, sampaikan saja pesanku, Paman. Batin Gun.
Paman itu bilang mobil patroli akan segera datang tapi tidak juga datang. Dia kesal tapi juga sedih.
Kenapa Mark harus membuat password seperti kuis di tv, apa kira-kira password nya. Tanggal lahirnya? Ah itu sangat mudah ditebak.
Tunggu. Kapan tanggal lahirnya? Aku pacarnya, maksudku mantannya, tidak tahu. Keterlaluan sekali.
Gun mengambil ponsel untuk mengecek tanggal lahir Mark, mungkin tertera di sosmednya.
Sial. Aku lupa ponselku mati.
Gun menarik nafas panjang, dan membuangnya pelan. Udara dingin berhembus pelan. Dia tidak memakai jaket, dan perutnya lapar.
Gun menengadahkan wajahnya lagi. Rasanya jika dia menunduk dia akan menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Walk With You [MarkGun] - COMPLETE -
FanficAku membencinya. Sangat membencinya. Dia terlalu tampan dan terlalu manis secara bersamaan, terlalu kaya, terlalu menyenangkan dan dia mempunyai segala alasan untuk disukai semua orang. Tapi aku membencinya. "Kenapa? Apa dia melakukan kesalahan pada...