Author's pov
Gun berlari mengejar Perth, kali ini dia benar-benar akan menghajar bocah kurang ajar itu.
Mereka berlari sepanjang koridor lantai 4, sampai beberapa penghuni asrama tampak melongok dari pintu kamar mereka untuk mengecek ada keributan apa diluar.
"Berhenti kau, sialan !!" Teriak Gun. Perth tetap berlari malah Gun yang berhenti. Dia terengah-engah, sudah lama dia tidak berlari atau melakukan olahraga apapun.
Gun melihat Perth berhenti sebentar melambaikan tangan dan lenyap kearah tangga.
Akhirnya Gun memutuskan kembali ke kamarnya. Seperti anak gadis katanya, sialan.
-----------
Gun's pov
Aku berdiri menyandar di depan kelasnya, dia bilang kuliah selesai jam 14.00 tapi ini sudah lebih dari setengah jam aku menunggu dan belum ada satupun yang keluar dari kelas itu.
Hanya berdiri disana membuatku sangat bosan. Aku merogoh saku celana dan mengambil ponsel. Membuka grupchat, mengeluhkan begitu lama aku menunggu Title yang tidak kunjung keluar dari kelasnya.
Krist : Masuk saja, pura-pura terlambat datang
Plan : Kau dobrak saja pintu kelasnya Gun
Mean : Mau saja kau menunggu. Kalau menurutku lebih baik kau tinggalkan.
Yatch : Iya tinggalkan saja. Ngomong-ngomong aku punya koleksi baru, ada yang mau pinjam?
Title : Jangan dengarkan kawan-kawan sesatmu itu Ai Gun. Dan sabar sedikit, sebentar lagi aku selesai.
Aku tertawa kecil membaca semua balasan itu.
Keluar dari grupchat aku melihat akun chat Mark yang sengaja ku pinn kan karena terlalu banyak grupchat. Aku mengeceknya. Semua pesannya terkirim tapi tidak satupun yang dibaca.
Ini sudah seminggu. Tapi aku masih belum bisa menghubungi anak itu. Dia tidak mengangkat telponku, tidak membaca pesanku. Dan beberapa kali aku mencoba mendatangi kelasnya, dia tidak ada. Dia seperti lenyap.
Dan yang menyebalkan adalah Perth. Sama sekali tidak membantu. Tidak tahu, tidak tahu dan tidak tahu. Itu yang selalu dijawabnya. Meskipun aku yakin dia pasti tahu sesuatu.
Aku sempat berniat mendatangi rumahnya. Tapi sepertinya itu berlebihan. Alasan tepatnya karena aku tidak berani, aku tidak punya alasan jika nanti bertemu dengan keluarganya dan ditanya ada keperluan apa, aku bukan teman sekelasnya dan bahkan bukan senior dijurusan ataupun fakultasnya.
Dan sepertinya dia masih belum mau bertemu denganku, yaaa aku mengerti. Lagipula sebenarnya memang aku tidak tahu dimana alamatnya.
Huft, aku masih sangat menyesali perkataanku. Kesal karena mengira dia mengabaikanku dan akhirnya mengungkap kebohonganku sendiri. Jenius sekali aku ini.
Lima belas menit kemudian dosen keluar disusul gerombolan mahasiswa yang juga keluar dari kelas dengan tak sabar.
Tak lama aku melihat Title buru-buru menghampiriku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Walk With You [MarkGun] - COMPLETE -
FanfictionAku membencinya. Sangat membencinya. Dia terlalu tampan dan terlalu manis secara bersamaan, terlalu kaya, terlalu menyenangkan dan dia mempunyai segala alasan untuk disukai semua orang. Tapi aku membencinya. "Kenapa? Apa dia melakukan kesalahan pada...