Jam masih menunjukkan pukul 11.00. Aku sedang duduk dilantai beralas karpet bulu, bersandar disisi tempat tidur membaca beberapa artikel tentang info pertandingan bola semalam. Sebenarnya aku tidak terlalu suka bermain bola atau menonton pertandingan bola, tapi setidaknya ini agar bisa bergabung dalam obrolan jika teman-teman sedang membicarakan bola.
Dimeja belajar, Mark sedang memberi memberi identitas di kertas tugasnya. Tadi malam dia lupa menuliskannya.
Beberapa menit berlalu, susasana kamar menjadi membosankan. Aku ingin mengajak Mark keluar, hanya saja dia sedang sangat konsentrasi mengerjakan tugasnya.
Ah aku akan mengajaknya ke mall saat dia selesai.
"Phi, temani aku ke Siam mall sore ini, ya?" Kata Mark tiba-tiba tanpa menoleh.
Apa dia bisa membaca pikiranku?
"Aku ingin membeli beberapa alat gambar, sepertinya milikku masih kurang lengkap." Lanjutnya.
"Errrhh..." Jawabku mengiyakan, berusaha menyembunyikan rasa senang tapi gagal. Suara yang ku keluarkan terlalu kencang, malah terdengar seperti anak kecil yang kegirangan ditawarkan mainan mobil-mobilan. Aku dengen refleks menutup mulut dengan kedua tanganku, kemudian memukul2nya pelan. Tak bisakah kau bekerja sama, huh??
Mark yang mendenger jawaban itu entah kenapa menghentikan kegiatannya dan menggeleleng. Menertawakanku huh?
"Phi, ambilkan aku minum. Aku haus." Kata Mark seenaknya menyuruhku.
"Heey, sekarang kau sudah berani menyuruh Phi, tuan muda?"
"Ayo na Phi, aku harus segera menyelesaikannya, lalu kita bersiap pergi." Katanya menunjukkan ekspresi yang tak mungkin bisa kutolak. Dia tampan dan menggemaskan secara bersamaan.
Dengan sangat malas mengambilkannya minum. Aku menyodorkan gelas kearah Mark. Tapi minuman itu tidak segera diambil dari tanganku.
"Sebentar phi, sedikit lagi selesai."
Hampir satu menit aku dibiarkan berdiri disampingnya, pegal juga. Karena merasa diabaikan akhirnya aku berniat pergi dan duduk kembali. Biar saja dia ambil sendiri minumannya.
Aku baru bergerak satu langkah, tapi dengan sigap Mark menarik lengan kiriku. Aku terkejut dan tidak bisa menjaga keseimbangan, gelas yang ada di tangan kananku terlepas begitu saja.
Byurrr !!!
"Phiiii !!!!" Teriak Mark. Melihat semua air dalam gelas itu menyiram kertas-kertas tugas Mark.
Aku langsung berusaha menyelamatkan kertas-kertas itu tapi terlambat.
"Maaf Nong, phi tidak sengaja." Aku panik, berlari mengambil lap dan mengelap meja belajar kami.
Bukan salahku kan? Ah ini jelas salahku, seandainya aku tetap berdiri disitu menunggu dia mengambil gelasnya, pasti dia tidak akan menarikku dan pasti gelas sialan ini tidak jatuh.
Aku melihat mukanya memerah, dia terlihat sangat marah tapi tetap berusaha tenang. Menyakitkan melihatnya seperti itu.
"Tidak ada phi, tidak apa." Kata Mark, lalu mengambil lap dari tanganku. "Biar aku saja." Lanjutnya.
Hanya dengan mendengar suaranya saja sudah jelas kalau Mark marah tapi masih berusaha tersenyum dan berpura-pura ini bukan masalah.
Tiga lembar tugasnya yang kupegang tidak bisa lagi diselamatkan. Semuanya basah dan dengan cepat pennya luntur melumuri sebagian besar kertas.
Meja belajar kami sudah kering. Mark menuju ke balkon untuk meletakkan lap yang digunakan tadi. Aku melihatnya berdiri beberapa saat disana, dia menarik nafas panjang dan menghembuskannya sebelum akhirnya masuk ke kamar lagi. Entah kenapa melihatnya kesal karenaku, membuat dadaku nyeri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Walk With You [MarkGun] - COMPLETE -
FanfictionAku membencinya. Sangat membencinya. Dia terlalu tampan dan terlalu manis secara bersamaan, terlalu kaya, terlalu menyenangkan dan dia mempunyai segala alasan untuk disukai semua orang. Tapi aku membencinya. "Kenapa? Apa dia melakukan kesalahan pada...