4. Sial

526 68 6
                                    

Sudah cukup lama mereka menunggu di halte. Tapi tetap tidak ada bus yang lewat, jadi mereka memutuskan memesan taksi.

Suasana hening, memenuhi atsmosfer taksi. Diantara mereka berdua tidak ada yang ingin memecah keheningan.

Aggia masih sibuk memikirkan kejadian tadi. Sejak kapan mereka menjalin hubungan? Dan kenapa Friska melakukan itu, padahal dari awal Aggia menjalin hubungan dengan Reyhan, Friska lah orang yang selalu men-suport dirinya dengan Reyhan.

Aggia masih mencerna apa yang telah terjadi di sekitarnya. Mulai dari diselingkuhi dan sekarang ia satu mobil dengan cowok mesum ini.

Tapi ngomong - ngomong Aggia belum tahu nama si cowok mesum ini. Ah tapi siapa peduli. Ia tidak ingin tahu, itu tidak penting baginya.

"Rumah lo dimana? "tanya Farel dengan ekspresi datar.

"Eh- apa? "ucap Aggia linglung tersadar dari lamunannya.

"Punya telinga tuh dipake bukan dipajang doang! "cibir Farel.

"Maaf, abisnya lo ngagetin"

"Rumah lo dimana? "ulang Farel.

"Gue gak punya rumah, gue numpang di rumah tante gue"jelas Aggia.

"Gak nanya"

"Lah barusan lo nanya! "ucap Aggia bersabar.

"Gue 'kan nanya nya dimana, bukan lo tinggal sama siapa! Ngomong sama lo gak nyambung yah! "ucap Farel sebal, lama - lama ia bisa frustasi.

"Mana bisa nyambung 'kan dikepala gue gak ada kabel! "

"Serah lo deh! SERAH! "ucap Farel memutar bola matanya jengah.

Aggia memanyunkan bibirnya kesal, kenapa ia selalu disalahkan. Padahal Aggia tidak salah.

"Pak - pak berhenti di gang yang deket mini market itu pak! "ucap Aggia menepuk pelan bahu sopir taksi.

Sopir taksi langsung menepikan mobilnya. Aggia langsung turun dari taksi tersebut dengan membanting pintu mobil.

Farel hanya bernafas lega, akhirnya ia terbebaskan juga dari cewek gila itu. Ketika ia menoleh ke tempat duduk yang baru saja ditempati oleh Aggia. Ekspresinya kembali kesal, ia melihat ponsel Aggia yang tertinggal.

Cewek gila itu selalu bikin sial. Pikir Farel.

***

Sekolah Sabang masih sepi, hanya meninggalkan beberapa murid yang rajin datang pagi.

Aggia berjalan menelusuri koridor kelas sebelas. Ia masuk ke kelasnya yang paling ujung. Ketika ia akan duduk dibangkunya, ia menoleh melihat sekitar kelas, dan tatapannya berhenti di Bagas yang duduk di bangku paling depan dekat jendela.

"Bagas! "panggil Aggia.

"Iya... "jawabnya menoleh ke belakang.

"Boleh tukeran bangku gak? "tanya Aggia.

"Kenapa? Kok tumben pengen duduk didepan? "tanya Bagas heran, mengangkat sebelah alisnya.

"Gak papa cuma duduk disini gak keliatan, kayaknya mata gue harus di cek deh! "jelas Aggia berbohong.

Aggia sengaja ingin tukeran tempat duduk dengan Bagas. Karena ia tahu bahwa Bagas menyukai Friska, ia sering melihat Bagas curi - curi pandang saat jam pelajaran.

Jadi pikir Aggia itu bisa membantu Bagas untuk pdkt dengan Friska. Dan juga itu bisa mengalihkan fokus Bagas agar tidak terlalu fokus belajar, jadi Aggia bisa mempertahankan pringkatnya di kelas.

AggiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang