Epilog

7.9K 340 128
                                    

Happy Reading~
.

Di sebuah ruang tamu, terlihat seorang wanita berumur awal 30-an, tengah menimang seorang bayi mungil berusia sekitar 6 bulan. Sesekali dari bibir ranum wanita itu keluar senandung kecil guna meninabobokkan si bayi.

Tap... tap... tap...

Di suasana yang sengaja dibuat hening itu, terdengar bunyi langkah sepatu yang menapaki lantai berjalan mendekat ke tempat dimana si wanita berada. Bunyi langkah itu mau tak mau membuat si bayi berjenis kelamin perempuan itu terganggu dan menangis.

Owek...owek....owek...

"Aduh sayang, jangan nangis ya, cup...cup...cup." Si wanita bersurai pirang itu mencoba menenangkan si bayi dengan cara mengayun-ayunkannya.

"Hey... anak Papa kenapa?" sebuah suara menyapa. Suara itu berasal dari seorang pria yang baru datang.

"Kamu sudah pulang Sasuke?" tanya si wanita

"Hn," angguk pria itu. "Sini, biar Sarada aku yang gendong," pintanya.

Wanita bernama Naruto itu memberikan si bayi pada ayahnya.

Owek...owek....owek...

"Uh... sayangnya Papa, kenapa menangis, nak?" Sasuke menimang-nimang sang putri dalam gendongannya. Sesekali dia mengecupi pipi gembul Sarada. Berada dalam gendongan sang ayah, Sarada langsung diam. Bayi itu memperhatikan wajah tampan sang ayah dengan mata bulatnya yang lucu.

"Aduh... anaknya Papa, digendong Papa langsung diam ya, Sarada." Naruto yang gemas mulai mencubit pelan pipi si bayi.

"Iya dong, Sarada kan putri kesayangan Papa. Iya kan, sayang?" Sasuke mencoba mengajak sang putri bicara dan itu kelihatannya lucu sekali di mata Naruto, dimana Sarada mulai merespon dengan mengeluarkan celotehan tidak jelasnya.

"Kamu tidak bersih-bersih dulu Sasuke, biar Sarada aku yang gendong," ucap Naruto.

"Tidak usah Naru, aku mau main sama Sarada dulu," jawabnya. "Oh ya si kembar di mana?" Sasuke lanjut bertanya.

"Si kembar ada di rumah kakak, tadi mereka merengek minta main sama Himawari, aku mau menjemput mereka sekarang," jawab Naruto.

"Hn." Sasuke hanya berdehem dengan pandangan fokus pada sang putri.

.

Cukup dengan berjalan kaki, kini Naruto sudah sampai di kediaman sang kakak dan keluarga, dulu tempat itu pernah menjadi tempat tinggalnya selama beberapa bulan saja.

Naruto melangkah memasuki rumah yang pintunya sedikit terbuka itu, sampai di ruang tamu dirinya tersenyum menyaksikan pemandangan yang ada di depan matanya.

"Yahh... apa Ibu melewatkan kesenangan di sini?" tanya Naruto mengejutkan semua orang yang sedang bermain disana.

"IBUUU....!" mendengar suara sang ibu, si kembar Daichi dan Sachi langsung berlari dan memeluk ibu mereka.

"Bu, tadi Hima-chan pinjami Cachi boneka belbinya yang balu. Belbinya tantik Bu, bajunya lucu. Nanti Ibu belitan Cachi juga ya Bu, belbi tayak Hima-chan!" cerita Sachi, putri Naruto dan Itachi.

"Tentu. Nanti Ibu belikan ya sayang," Naruto mengangguk dan mengelus kepala sang putri sayang

"Bu-bu, tadi Bibi Nata buat tue, Bu. Enak tuenya, nanti Ibu buattan Dai tue sepelti Bibi Nata juga, ya?" Kini giliran putra Naruto, Daichi yang berbicara, tak lupa dengan aksen lucu dan cadel anak kecil berumur 2.5 tahun.

"Iya sayang, Ibu akan buatkan kue yang banyak untuk si kembar kesayangan Ibu ini," ucap Naruto sembari memeberikan kecupan di kedua pipi Daichi dan Sachi. Kedua anak itu terkekeh kegelian saat sang Ibu menciumi mereka.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 02, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

True Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang