.
"Rae Jin?"
Seorang gadis yang sedang sibuk memasukkan pakaiannya ke dalam koper itu menoleh ke sumber suara.
"Ada apa, Appa?" tanya gadis itu.
"Nanti di sana kamu jangan menggoda Tuan muda ya? Appa tidak ingin anak Appa disebut sebagai wanita perebut suami orang."
Rae Jin mengerutkan keningnya. "Memangnya dia sudah menikah, Appa?"
"Belum sih," jawab ayahnya polos.
Rae Jin berdecak. "Kalau belum, kenapa Appa menasehatiku seperti itu?" tanya Rae Jin tak mengerti.
"Walaupun belum menikah, tapi 'kan suatu saat setiap orang akan menikah. Jadi sebelum Tuan muda menikah, Appa harus memperingatkanmu lebih dulu."
"Ya ... ya terserah Appa. Eh tapi ... mengapa aku harus berkemas? Bukankah Appa juga tidak tinggal di sana?" Rae Jin menatap ayahnya penuh tanya.
"Appa 'kan hanya bekerja sebagai tukanh kebun, jadi masih bisa pulang pergi. Tidak sepertimu yang nantinya pekerjaanmu akan selalu dibutuhkan oleh Tuan muda. Nanti kau di sana pasti akan sekamar dengan Hyu Rin, karena hanya dia saja yang tidur sendiri saat ini." Rae Jin hanya mengangguk-angguk saja mendengar penjelasan ayahnya. Toh, ia juga tidak mengenal siapa itu Hyu Rin.
"Sudah-sudah jangan bicara terus, cepat selesaikan acara berkemasmu lalu tidur. Besok pagi kau akan langsung dibawa oleh ayahmu ke sana." Nasehat ibunya.
"Appa?"
"Heum?"
"Apa tidak ada pekerjaan yang lain, selain pelayan pribadi?" tanya Rae Jin lagi.
"Misalnya?" tanya ayahnya balik.
"Misalnya sekretaris pribadi begitu?"
Pria paruh baya itu langsung menoyor kepala Rae Jin. "Kepalamu sekretaris pribadi, memegang komputer saja kau tidak bisa. Sudah, jangan banyak berkhayal."
Rae Jin memanyunkan bibirnya. Bagaimana bisa ayahnya itu mengatakan bahwa dia tidak bisa memegang komputer, masa hanya memegang saja dia tidak bisa, lalu ... apa gunanya kedua tangannya ini?
****
Rae Jin terus menengadah memperhatikan pilar-pilar besar yang kini tengah menjulang tinggi dihadapannya. Gadis itu berdecak kagum melihat keindahan mansion ini, dia tidak menyangka, bahwa akhirnya dia bisa menginjakkan kakinya lagi ke mansion ini. Terakhir kali ke mansion ini ... saat dirinya masih berumur 5 tahun. Itu pun dia tidak ingat, apakah ada yang berubah dari mansion ini, atau tidak. Rae Jin memutarkan tubuhnya dengan mulut yang terus menganga sedari tadi.
"Uwaaahh ... kurasa mansion ini semakin indah."
Bugh
Rae Jin terhuyung ke belakang setelah hidungnya menabrak punggung lebar milik ayahnya.
Pria paruh baya itu menghentikan langkahnya dan menatap anaknya dengan sebal.
"Kalau jalan itu lihat-lihat. Jangan terus berputar-putar menengadah tanpa melihat yang di depan."
"Iya Appa ... eh tapi Appa. Ini rumah atau istana? Mengapa besar sekali?" gumamnya sembari berdecak kagum.
"Kau sudah pernah kemari sewaktu kecil."
"Memang, tapi aku tidak ingat," ucap Rae Jin sembari berniat melepaskan sepatunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY CRAZY MAID
FanfictionApa jadinya jika gadis konyol, absurd, polos dan hyperaktif seperti Park Rae Jin diminta oleh ayahnya untuk menjadi pelayan pribadi seorang pria lumpuh yang bersifat dingin, berwajah datar dan ketus seperti voldemort. Dan akankah pria lumpuh bernam...