Happy Reading!
Jangan lupa baca hadist yang di atas👆🌿🌿
Di sebuah ruangan bernuansa biru yang dihiasi berbagai ornamen klasik, Naira menatap lurus ke arah jendela besar yang menampakkan pepohonan yang rindang.
Otaknya masih saja memikirkan kejadian kemarin. Ia tak menyangka bahwa akhirnya akan seperti itu.
"Hoi!" teriak Haris
"Astaghfirullah, mas" ucap Naira kemudian memukul pelan lengan sang suami
"Kalau Naira pingsan tadi, gimana hah?! Hobi banget sih kagetin orang" gerutu Naira sambil berlari mengejar Haris yang menghindar dari pukulannya.
"Siapa suruh ngelamun? Kesambet setan baru tau rasa"
"Mas ihh"
Bruk
Langkah Haris tiba-tiba terhenti. Akibatnya Naira yang berada di belakangnya menabrak punggungnya.
"Aduh, mas. Kalau mau berhenti bilang-bilang dong. Kepala Naira sakit tau nubruk punggung mas yang gede ini"
"Hehe"
Haris kemudian mendorong pelan Naira dan menjatuhkan tubuhnya di kasur. Ia menatap lekat manik mata Naira.
"Mas, mau ngapain? Perasaan mas udah ambil jatah"
Haris terkekeh pelan. Ia menyukai saat pipi Naira bersemu merah.
"Jangan mikirin kejadian yang udah lewat. Fokus aja sama kehidupan kita saat ini. Jangan buang tenaga kamu buat mikirin dia yang udah berani nyakitin kamu. Ngerti? "
Naira menangguk. Jujur ia saat ini sangat ketakutan. Haris tak pernah berbuat seperti ini padanya
Cup
Haris mencium pipi Naira sekilas. Dan blush! pipi Naira kini memerah.
"Mas iihh"
"Sejak kapan kamu pake blush on? Tuh pipi merah bener"
Naira menutupi wajahnya. Sungguh, ia sangat malu saat ini.
"Hahaha. Maaf ya sayang. Ayo nanti kamu telat loh"
Pagi ini Haris akan mengantar Naira ke rumah sakit. Naira sebenarnya sudah meminta agar Haris mengizinkannya untuk resign. Tapi sang suami tak memberi izin. Katanya Naira sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Itu memang benar, tetapi pekerjaan yang paling mulia bagi Naira adalah bisa melayani suaminya dua puluh empat jam.
Naira kemudian mengambil tasnya dan menyusul Haris yang tengah memanaskan mesin mobil.
"Mas ngajar jam berapa? "
"Sekitar jam sebelas. Kenapa sayang?"
"Mas makan siang dimana? "
"Di kantin"
"Mas, izinin Nai resign ya. Aku kasian sama kamu tiap makan siang di kantin kampus mulu. Aku nggak bisa jadi istri baik untuk kamu"
"Ya allah sayang. Kamu tuh istri yang terbaik untuk aku. Kan cuman makan siang doang. Pagi sama malam, aku makan dirumah kan? Nggak usah pikirin itu sayang. Fokus sama pekerjaan kamu ya. Udah ayo"
Lagi-lagi Naira gagal membujuk sang suami. Tapi dia tidak bakalan menyerah. Ia akan terus berusaha agar Haris mau mengizinkannya. Seandainya saja Haris tau kalau Naira tengah mengandung anaknya, mungkin ia akan mengizinkan. Tetapi Naira masih saja bungkam atas kehamilannya.
"Alhamdulillah kita udah sampai. Ntar kalau pulang hubungin mas ya, nanti mas jemput"
"Siap, pak bos. Semangat kerjanya. Jangan judes-judes sama mahasiswanya ya. Assalamu'alaikum mas "
KAMU SEDANG MEMBACA
The Hardest Heaven
SpiritualMeysha Alnaira Azhari, yang akrab di sapa Naira. Harus rela menikah secara terpaksa dengan dosen killer bin judes. Menikah dengan terpaksa membuat dirinya harus siap akan ombak-ombak yang akan menerjang kehidupan rumah tangga nya. Naira menikah de...