The Hardest Heaven

6

Happy Reading!

Setelah empat puluh hari kepergian Zahra, Haris dan Naira melangsungkan pernikahan

Kini Haris telah berhadapan dengan Fauzan selaku wali dari Naira

"Apakah kamu sudah siap"

"Bismillah, saya siap"

"Bismillahirrahmanirrahim, saya nikahkan engkau dengan adik saya, Meysha Alnaira Azhari binti alm. Zaid Al-azhar dengan mahar surah Ar-rahman dan seperangkat alat shalat di bayar tunai"

"saya terima nikahnya Meysha Alnaira Azhari binti alm. Zaid Al-azhar dengan mas kawin tersebut tunai"

"bagaimana para saksi? SAH?"

"SAH"

Alhamdulillah

Kata itu menggetarkan Arsy-Nya. Dua insan telah dipersatukan dalam sebuah ikatan halal.

Kini Haris telah melengkapi separuh imannya.

Sesuai dengan sabda Rasulullah SAW

مَنْ تَزَوَّجَ فَقَدِ اسْتَكْمَلَ نِصْفَ اْلإِيْمَانِ، فَلْيَتَّقِ اللهَ فِي النِّصْفِ الْبَاقِى.

"Barangsiapa menikah, maka ia telah melengkapi separuh imannya. Dan hendaklah ia bertaqwa kepada Allah dalam memelihara yang separuhnya lagi.

Setelah ijab Kabul selesai, Fauzan menghampiri Haris yang hendak ke kamar Naira

"Ris, sekarang Naira tanggung jawab kamu, ingat jangan pernah sakiti adik saya ,dan tolong jaga dia baik-baik" ucapnya

"In syaa allah bang, terima kasih telah mempercayakan Naira kepada saya"

"Yaudah sekarang kamu masuk sana, kasian Naira nanti nungguin kamu" sembari tersenyum

"Iya bang"

Haris segera memutar knop pintu kamar Naira hingga menampilkan sang istri

"Assalamu'alaikum zaujati"

"Wa'alaikumussalam ya zaujil habib"

Perlahan haris mendekat dan menyentuh ubun-ubun Naira sambil merapalkan do'a

Allahumma innii as-aluka khayraha wa khayra maa jabaltahaa 'alaihi wa a'uudzu bika min syarrihaa wa min syarri maa jabaltahaa 'alaihi
[Ya allah sesungguhnya aku memohon kebaikannya dan kebaikan apa yang engkau ciptakan pada dirinya. Dan aku memohon perlindungan kepadamu dari keburukannya dan keburukan apa yang engkau ciptakan pada dirinya]

"Nai , ayo shalat dulu"

"I-iya mas.."

Kedua hati insan ini tengah berdesir dengan hebatnya. Haris belum sepenuhnya yakin kalau dirinya mencintai Naira. Seolah pernikahan ini hanya dilakukan karena keterpaksaan.

Setelah shalat Haris dan Naira menuju ke tempat resepsi. Haris berusaha menghilangkan rasa gugupnya dengan menggenggam tangan sang istri, lain halnya dengan hati Naira yang tak henti-hentinya berdesir dengan hebat. Bagaimana tidak, selama hidupnya ia sangat jarang diperlakukan seperti ini apalagi dengan seorang lelaki. Abang nya sendiri saja sangat jarang bahkan mungkin tidak pernah.

Saat menuruni tangga, semua pandangan mengarah kepada mereka berdua.

Wah, benar-benar pasangan yang serasi

Mereka sama-sama saling melengkapi, The perfect couple

Mendengar pujian dari para tamu, Haris menoleh ke arah Naira namun mimik wajah sang istri kini berubah DINGIN