12. My Best Dad

8 1 0
                                    

"Lu gak tertarik sama laki-laki ya?" kata Teguh ketika kali ke 25 Binar menolak laki-laki dengan sadis.

"Maksudnya lu ngatain gue lesbi?" kata Binar dengan tatapan mata sadis.

"Lu bisa baca pikiran gue ya?" Teguh takjub.

"Dasar sialan lu.." kata Binar mencubit lengan Teguh.

"Gue itu punya kriteria yang tinggi..." kata Binar.

"Jangan bilang lu mau yang kaya di drama korea.." kata Teguh.

"Imposible..."kata Binar.

"Cukup seperti papi gue aja...He is the real man in my life" kata Binar.

"Om Dewangga...ooohh berarti dia harus punya banyak properti...jadi CEO perusahaan besar... umur 40an dan dan sedikit brewok dan uban" kata Teguh menganalisis.

"Ihhh...kok malah jadi gitu sih.."kata Binar jengkel.

"Maksud gue..dia harus sayang sama gue kaya papi..." kata Binar mantap.

Teguh mengingat-ingat. Sosok Dewangga memang berbeda dengan sosok papanya yang notabene merupakan keturunan batak yang keras.

Teguh ingat,saat di bangku SD. Om Dewangga tidak pernah absen mengambil rapor putrinya walaupun jadwalnya begitu padat. Berbeda dengan Teguh yang lebih sering diwakili mamanya.

Saat di bangku kelas 6 sd bahkan Om Dewangga menyewa seluruh taman bermain demi menyenangkan hati Binar di ulang tahun ke 12nya.

"Papi lu gak pernah marah sama lu ya?" kata Teguh setelah mengingat-ingat,tidak pernah sekalipun Binar bercerita tetntang kemarahan Om Dewangga.

"Pernah sekali" kata Binar.

"Masak sih?" Teguh tidak percaya.

"Bener..pas itu papi udah bilang...jangan dekatin anjing di sebelah...tapi masih aja gue pegang..terus tangan gue digigit" Binat menunjukkan bekas luka di tangan kirinya.

"Terus?" kata Teguh.

"Gue dibentak papa...tapi anjingnya kasihan..." kata Binar.

"Loh..lu digigit kenapa malah kasihan?"

"Iya..abis itu anjingnya dipukul papa sampai mati" kata Binar.

Teguh menelan ludah ngeri.

My Thorn FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang