Quarte

230 50 79
                                    

•••

"Jae, apa kau masih lama berada di sini?"

Jaehyun yang sedang membolak-balik berkas di map hitam itu langsung menoleh pada Saluna.

Mereka sedang duduk santai di depan jendela besar yang menampilkan gemerlapnya kota Busan di malam hari.

"Apa kau tidak betah? Kau ingin kita menyewa hotel saja?"

"Bukan, bukan seperti itu." Saluna menggigit bibirnya. Tidak mungkin dia menceritakan bahwa tadi dia berpapasan dengan Jongdae. "Aku ... hanya bosan. Ipadku tertinggal, jadi aku tidak bisa membuat design apa pun."

Jaehyun sangat yakin jika itu hanya sebuah alasan. Ada sesuatu di balik semuanya. Namun, hatinya akan tetap mempercayai Saluna.

Jaehyun tersenyum tangannya terulur untuk meraih ponsel pintarnya. Mengetikkam sesuatu di sana.

"Baiklah, besok pagi kau boleh pulang. Kau bersiaplah. Jangan sampai ada yang tertinggal. Tapi, maaf sepertinya aku harus berada di sini lebih lama."

Saluna mengangguk ragu lalu bergegas menuju kamar Dal Cae. Tubuhnya merosot sesaat dia menutupnya.

Hatinya merasa sesak dan sulit untuk nernapas. Gemuruh dalam dadanya semakim bertambah.

"Seharusnya kau tidak boleh seperti ini!" Saluna memukul-mukul dadanya yang merasa sakit. Perlahan-lahan sungai kecil di pipinya tercipta.

Saluna terus bertanya-tanya kenapa dia merasa sakit saat melihat Jongdae memeluk wanita lain. Ini sangat salah.

Bahu Saluna bergetar, tangannya dia gunakan untuk meredam suara isakannya.

Tanpa Saluna sadari, Jaehyun berdiri di balik pintu. Mendengar semua isakan tertahan milik Saluna. Hati Jaehyun berdenyut sakit melihat gadisnya kembali seperti ini.

"Seharusnya aku tidak mengajakmu. Maafkan aku."

•••

"Kau mau ke mana? Ini sudah larut," tanya Baekhyun saat melihat Jongdae memakai pakaian cukup rapi.

"Mencari angin," jawab Jongdae. "Oh, iya, jika Ae Young bertanya. Bilang bahwa aku tidak akan lama," pesannya pada Baekhyun.

Baekhyun yang sedang menyuapkan ramennya mengangguk-ngangguk mengerti.

Jongdae mnyusuri jalanan kota yang sama sekali tidak sepi meski sudah larut malam. Langkahnya terhenti di depan toko bunga.

Netranya memindai setiap bunga yang tertata rapi di nakas. Sudut bibirnya terangkat saat obsidiannya menangkap bunga baby breath berwarna baby blue.

Ingatannya melayang pada 6 tahun lalu.

"Dae, bunganya sangat lucu. Aku suka, terima kasih."

Senyuman dan mata berbinar Saluna saat menerima buket bunga itu terekam jelas diingatan Jongdae. Sampai kapanpun tidak akan pernah dia melupakan itu semua.

Jongdae menghela napas guna menetralkan debaran jantungnya yang di luar kendali.

Satu langkah dia berjalan. Namanya dipanggil oleh seseorang.

"Kim Jongdae?"

Jongdae memutar badan untuk melihat orang itu. Seorang pria berparas tampan dan gagah menghampirinya.

Pria itu membungkuk sopan yang langsung dibalas oleh Jongdae.

"Aku Jung Jaehyun."

Jongdae menatap pria yang berada di hadapannya sambil tersenyum.

Way Back HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang