Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
•••
Sebuah jalan memang tidak selalu lurus ke depan. Berliku itu pasti, apalagi persimpangan, begitu pula perjalan hidup insan Tuhan.
Kini, Jongdae dan Saluna dihadapkan pada sebuah persimpangan jalan dengan jurang kesakitan di sisi kiri dan kanan. Ingat, mereka berjalan di sebuah jalan setapak yang jika sedikit saja lengah, maka mereka akan terperosok ke dalam lubang kesakitan.
Mereka sama-sama bingung, dihadapkan dengan pilihan bukan suatu hal yang mudah. Satu hal yang pasti, keingin hati kecil mereka adalah berpegangan tangan dan kembali berjalan lurus ke depan tanpa mau menengok kiri dan kanan atau berbelok ke arah manapun.
Tapi, Jongdae dan Saluna tidak ingin orang yang kini berjalan bersama mereka terluka karenanya. Maka, dua insan yang masih menyimpan hati satu sama lain ini memilih untuk melanjutkan berjalan dengan arah yang berlainan dengan kompas retak yang mungkin kini sudah pecah berkeping-keping.
"Noona, bangun. Jaehyun Hyung menunggumu di depan."
Cakrawala Bryan, adik dari Saluna kini tengah membangun kakak perempuannya yang untungnya, Saluna tidak sulit untuk dibangunkan.
Saluna mengerjapkan matanya lalu merentangkan kedua tangannya sebelum bangkit dan meminum air putih di nakas yang selalu dia sediakan.
"Masih pagi, kenapa dia sudah berada di sini?"
Cakrawala menggedikkan bahunya. "Mana kutahu. Dia pacarmu, bukan pacarku."
Saluna terkekeh mendengar jawaban ketus adiknya.
"Hey, aku hanya bertanya. Tidak perlu ketus begitu."
"Cepatlah! Aku sudah ingin sarapan. Kebetulan Jaehyun Hyung membawa bubur abalone kesukaanmu. Jadi, ayo kita makan," rengek Cakrawala.
Adik Saluna ini mempunyai tempramen unik, beberapa waktu lalu bisa terlihat ketus. Lalu, beberapa waktu lagi tempramennya akan berubah.
"Baiklah, kau tunggu di bawah."
Cakrawala mengangguk sebelum dia melesat ke ruang makan. Di sana sudah ada Mina-Ibunya Saluna, dan Jaehyun yang kini sedang menikmati secangkir teh hangat yang disajikan calon mertuanya-begitu Jaehyun sering berpikir.
"Nak," panggil Mina. "Kenapa wajah tampanmu kau tekuk? Apa ada masalah?" Jaehyun buru-buru merubah mimik wajahnya dan tersenyum lebar hingga menampilkan lesung pipinya. Dia tidak ingin membuat Ibu keduanya itu khawatir.
"Tidak apa-apa, Bu. Aku hanya lelah. Akhir-akhir ini pekerjaanku sedikit menumpuk," jawab Jaehyun lembut yang mendapat anggukan dari Mina.
Kini Jaehyun memilih untuk menyesap teh hangatnya guna menghindari pertanyaan-pertanyaan selanjutnya.
Ekor mata Jaehyun menangkap sosok gadis yang kini berjalan ke arahnya, sudah pasti itu Saluna. Gadis itu duduk di samping Jaehyun, menyenderkan kepalanya pada bahu kiri Jaehyun.