5 | Asha

88 13 51
                                    

PART V
Awal dari semuanya
.
.
.
.
Ini yang aku takutkan, rasa takut yang sangat menakutkan.
Dan itu, Terjadi!!

Nakeisha Isshabira

🍃🍃🍃

Sekolah, sekolah, dan sekolah. Tak ada lagi kegiatan lain selain sekolah, tugas yang selalu berdatangan, tanpa mereka tau bahwasanya mereka tak diharapkan untuk datang. Walaupun banyak siswa yang mengabaikan, setiap tugas yang diberikan, termasuk Asha, namun tugas tetaplah tugas, tidak mengerjakan nilai jaminannya.

Itu lah sekolah.!
Kadang Asha suka berpikir, mengapa harus sekolah? Maksudnya, kita sekolah dalam satu minggu harus belajar kurang lebih 16 pelajaran, tapi belum tentu kita nantinya akan mengusai semua mapel itu. Asha pikir lebih baik, hanya memperdalam satu pelajaran, agar bisa fokus untuk meraih masa depan, bayangkan saja, guru mengusai hanya satu pelajaran, tapi murid? Dituntut untuk menguasai kurang lebihnya 16 pelajaran, bukankah itu tidak adil?.

Andaii dirinya adalah menteri pendidikan, fullday akan ia hapuskan, pekerjaan rumah akan diberantas, apalagi pekerjaan kelompok, dan yang paling penting mengusai 16 pelajaran selama 3 tahun, namun kelulusan ditentukan hanya dengan secarik kertas. Itu lah indonesia!

Asha pagi ini, sudah duduk di kursinya. Entah apa yang ia makan sarapan tadi, tapi ia datang pagi kali ini. Bukan! Bukan untuk mengerjakan tugas, tapi untuk menonton Captain Tsubasa, yang belum ia tamatkan.

"Shaa..." Panggil Ayyara, Asha menoleh sekilas dan kemudian fokus kembali kepada handphone nya.

"Shaa.." Asha diam tak menggubrisnya

"Ashhaaa"

"ASHAAA" teriak Ayyara, yang membuat Asha menoleh kearahnya "Tengok depan," Asha menurut apa yang dikatakan oleh Ayyara.

"Pagii.." sapanya, saat Asha menatap matanya. Asha terlihat kaget, namun ia berusaha untuk kembali menormalkan ekspresi wajahnya.

"Nihh makanan kesukaan lo.." ia menyodorkan sebuah kotak makanan kepada Asha, dengan sebuah senyuman ciri khasnya.

Asha menghela nafasnya, kemudian menatap kembali seseorang yang kini ada dihadapannya.
"Ada yang ingin gue tanyain," ucap Asha dengan datar, namun seketika wajah seseorang itu menjadi cerahh, dan mengangkat sudut bibirnya.

"Tanya aja, gue pasti jawab kok," ucap nya dengan begitu exited

"Lo suka sama gue?" Nevan langsung mengangguk, kala Asha menanyakan hal itu.

"Kalo lo suka sama gue, berhenti buat deketin gue," Nevan mebgerutkan keningnya "kan gue suka sama lo, yahh otomatis gue harus deketin lo lah"

"Tapi gue ngga suka,"

"Gue yakin, lo akan suka sama gue," ucapnya dengan yakin

"Itu ngga akan terjadi,"

"Mulai dari sekarang, jangan pernah lo bawa makanan buat gue lagi, jangan pernah ganggu gue lagi, jangan pernah deketin gue lagi, NGERTI?" Nevan mengangkat tangannya, untuk menopang dagunya, ia tersenyum menatap Asha yang tengah berbicara

"Lo manis kalo banyak ngomong" ucapnya

Asha memutar bola matanya malas,
"Ayya," merasa dipanggil Ayya menoleh kearah sumber suara

"Bilangin sama sahabat lo, jangan jutek mulu, banyak-banyakin ngomong biar makin cantik."

"Dan bilangin juga sama dia, gue suka bahkan sayang sama dia" ucap Nevan dan beranjak dari duduknya, meninggalkan kelas Asha.

Trough The Hurt Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang